Friday, January 31, 2014

Hujan, Banjir, dan Imlek


"eh.. Hujan gerimis aje...... Ikan teri diasinin... Eh jangan menangis aje.. Bulan Syawal dikawinin...".
Itulah sepenggal lirik lagu almarhum Benyamin S yang lagi laku-lakunya diputar di tv, sebagai pengiring berita banjir di ibukota. Suara tak merdu namun lucu dari Bang Ben diselingi suara manja dari Ida Royani mengiringi derasnya air yang merendam rumah warga yang tertayang di tv. Paradoks. Anak-anak main air genangan banjir, bikers mendorong motor karena mogok ditengah banjir, macet parah, hingga kondisi di pengungsian diiringi lagu ini, seperti video klip saja. Lagu ini sebenarnya bukan tentang hujan apalagi banjir, tapi tentang percintaan. Saling berbalas pantunnya saja yang akhirnya nyerempet soal hujan, gerimis.
Sejak akhir tahun lalu, negeri ini diguyur air dari langit. Sejak itu pula sebagian daerah yang jadi langganan banjir terendam hingga beberapa meter. Tak terkecuali ibukota DKI Jakarta yang memang dilalui beberapa sungai besar dan rakyatnya nyaman tinggal menumpuk di bibir sungai. Air kiriman dari anakkota yang lebih tinggi ditambah ketinggian tanah yang memang sejak dulu lebih rendah dari permukaan laut memperparah banjir di ibukota. Sungguh permasalahan kompleks, Jokowi pun butuh waktu, hanya Tuhan yang mampu mengatasinya dengan segera. 

Hari ini tahun baru Cina, Imlek. Tahun ini adalah tahun Kuda Kayu bagi warga keturunan. Konon tahun ini penuh intrik, gejolak, dan serba tidak jelas. Mungkin juga pengaruh tahun politik di Indonesia. Terlepas dari ramalan tersebut,  seluruh warga keturunan merayakan imlek dengan penuh sukacita, berharap tahun ini lebih baik daripada tahun sebelumnya. 

Ada yang unik berkaitan dengan Imlek. Warga keturunan berharap hujan turun pada pergantian tahun, sebagai pertanda banyaknya rejeki yang menghampiri. Makin deras hujan, makin berlimpah rejeki. Jika tak turun hujan, mungkin mereka menangis cina. Meraung-raung hingga menyipitkan mata yang diselanya keluar air mata. Tak terkecuali warga keturunan yang tinggal di ibukota, mereka mengharap hujan melimpah. Namun hujan melimpah di ibukota saat pergantian tahun cina jadi pertanda lain, bisa saja memperparah banjir yang sedang terjadi. 

Buah simalakama bagi keturunan Tionghoa. Hujan deras bikin banjir, tapi tak hujan pun seret rejeki. Jalan tengahnya, hujan gerimis aje, seperti lirik lagu almarhum Benyamin S. Semangat imlek bagi yang merayakannya, semoga rejeki mengalir deras tahun ini, tapi semoga banjir cepat surut dan kita bisa beraktifitas dengan normal kembali.

Tuesday, January 7, 2014

Review Foto Pribadi Terbaik 2013



Tahun 2013 telah berlalu. Di tahun tersebut banyak gambar yang saya abadikan dengan foto, dengan kamera SLR pinjaman ataupun kamera ponsel. Maklum saya hobi jeprat-jepret, walaupun dalam taraf hobi, amatiran. Berikut ini beberapa foto yang saya anggap terbaik, tentu saja dengan segala subjektifitas penilaian pribadi dari saya. Belum sempat diikutkan lomba foto, saya anggap tidak layak untuk dinilai baik oleh publik atau juri lomba foto, baru sebatas bisa terpublikasikan di blog abal-abal ini. Foto diedit sebatas krop, kontras, dan saturasi. Susunan foto berdasarkan bulan pengambilan, dari Januari sampai Desember. Jadi ada 12 foto yang tertampilkan di bawah ini, foto terbaik tahun 2013 yang tertampil di atas.