Friday, June 2, 2017

Dengvaxia, Vaksin Dengue Harapan Rakyat



Kabar gembira untuk kita semua,
Vaksin dengue kini sudah tersedia... 
*nyanyinyanyinyinyir*

Vaksin dengue memang konon sudah ada sejak tahun lalu, namun penampakannya baru saya lihat kemarin, walaupun masih dalam bentuk brosur. Vaksin dengue hadir dalam brand DENGVAXIA, produksi dari Sanofi Pasteur. Mau lihat bentuk vaksinnya? Googlinglah, jangan malas!


Indonesia adalah negara beriklim tropis yang endemik DBD. Dalam artian, penyakit DBD telah "menetap" di Indonesia, setiap tahun bahkan setiap bulan penyakit ini pasti ada. Ini terkait vektor DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpitus yang memang telah "menetap" di Indonesia, bergaul dengan rakyat Indonesia. Insiden DBD akan meningkat, lucu-lucunya saat musim penghujan tiba. Dimasa inilah tempat perindukan nyamuk berupa genangan air bertambah, dibarengi keogahan masyarakat bersih-bersih, ya sudahlah.



Hal yang penting dalam penanggulangan DBD adalah pengendalian vektor nyamuk dan kebersihan lingkungan. Strategi pencegahan DBD pada rumah tangga sejak jaman baheula namun kurang digubris dikenal dengan istilah 3M (menguras, menutup, dan mendaur ulang) Plus menghindari gigitan nyamuk dengan berbagai cara. Ribet bukan? Ribetnya itu pada masyarakat sendiri yang kebanyakan ndableg tak mau tahu jika belum ada keluarganya yang kena DBD.  Selain itu ada penanggulangan yang populer namun tidak terlalu efektif, yaitu fogging (pengasapan) yang hanya untuk membasmi nyamuk dewasa bukan jentik. Masyarakat kebanyakan menganggap kalau sudah di fogging, aman sudah. Padahal jentik nyamuk akan segera jadi nyamuk bila dibiarkan.




Belum lagi kita dihadapkan transmisi virus yang cukup melalui telur nyamuk saja (transovarial), sehingga penyakit DBD kekinian tidak harus membutuhkan nyamuk dan penderita dengue untuk menyebarkan virus dengue pada penderita baru. Cukup telur nyamuk sudah mengandung dengue virus, apabila telur ini jadi nyamuk, maka nyamuk tersebut sudah otomatis membawa virus dengue.

Pada beberapa pasien, demam dengue dapat berubah menjadi satu dari dua bentuk yang mengancam jiwa. Yang pertama adalah demam berdarah (DHF, Dengue Haemorragic Fever), yang menyebabkan pendarahan, kebocoran pembuluh darah (saluran yang mengalirkan darah), dan rendahnya tingkat trombosit darah (yang menyebabkan darah membeku). Yang kedua adalah sindrom renjat dengue (DSS, Dengue Shock Syndrome), yang menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya. Kematian akibat DBD adalah karena syok dan perdarahan berat yang terlambat ditangani.

Terdapat empat jenis virus dengue, DENV 1, DENV 2, DENV 3, dan DENV 4. Apabila seseorang telah terinfeksi satu jenis virus, biasanya dia menjadi kebal terhadap jenis tersebut seumur hidupnya. Namun, dia hanya akan terlindung dari tiga jenis virus lainnya dalam waktu singkat. Jika kemudian dia terkena satu dari tiga jenis virus tersebut, dia mungkin akan mengalami masalah yang serius. Inilah juga yang awalnya membuat pengembangan vaksin dengue memakan waktu yang lama. Vaksin yang dikembangkan ini harus dapat melindungi diri dari keempat strain virus dengue. Riset vaksin dengue oleh Sanofi Pasteur sudah dilakukan sejak 20 tahun lalu. Penelitian ini berlangsung lama karena bagian-bagian virus ini sangat rumit. Virus dengue memiliki empat strain, tidak seperti virus polio atau cacar. Jika seseorang terinfeksi lebih dari satu tipe virus dengue, ada peluang lebih besar terjadinya komplikasi yang lebih berat, sehingga menyebabkan perawatan lebih lama di rumah sakit atau kematian.

Hasil laporan efek samping dari vaksin ini hanyalah efek samping ringan seperti pusing, nyeri kepala, atau demam ringan. Tidak dilaporkan efek samping yang lebih berat. Untuk program vaksin ini tergantung dari kebutuhan negara masing-masing dan tergantung pengaturan biaya pengeluaran dari negara masing-masing. Karena tidak mungkin jika suatu negara sudah membeli vaksin ini dan memasukkan program vaksin dengue, tetapi beberapa tahun kemudian berhenti karena keterbatasan biaya.

Indonesia dan beberapa negara lainnya di Asia Tenggara dan Amerika Selatan berpartisipasi dalam riset atau uji klinis vaksin dengue ini. Penemuan vaksin Dengue dianggap sebagai salah satu pencapaian historis dalam sejarah vaksinologi dan diyakini akan menurunkan angka kejadian demam Dengue/demam berdarah Dengue. Di awal tahun 2016, Dengvaxia resmi beredar di Mexico dan menyusul beberapa negara lain, seperti Filipina, El Savador dan Brazil. Pada bulan September 2016 BPOM telah memberi persetujuan dan izin edar Dengvaxia di Indonesia.

Vaksin ini untuk mencegah DBD pada pasien dengan usia 9-45 tahun di daerah endemik dan akan diberikan dalam tiga dosis selama periode satu tahun (0-6-12 bulan).

Konon vaksin DBD ini juga akan dimasukkan ke dalam program imunisasi dasar, seperti BCG, DPT, polio, tetanus, hepatitis, dan lainnya. Dengan beredarnya vaksin dengue, bertambah pula upaya pencegahan dan penanggulangan DBD. Sungguh Dengvaxia jadi harapan rakyat, semoga lancar dan bukan PHP.