Thursday, August 8, 2013
Kisah Ketupat, Lontong, dan Burasa
Setelah direbus beberapa jam, keluarlah tiga sahabat : ketupat (K), lontong (L) dan burasa (B) dari satu panci besar. Diangin-anginkan sebentar, didinginkan, kemudian ditata di sebuah piring. Dalam piring, terjadilah percakapan kecil antara ketiganya.
K : "Halo bro semua... Akhirnya kita lahir juga yah"
L : "Iya, Alhamdulillah kita lahir dengan selamat... Hehehe"
B : "Wah, kita keluar dari panci yang sama, rahim yang sama bro..."
K : "Iya, kita saudara... Mungkin bisa dibilang kita saudara kembar, tapi...."
L : "Tapi tidak identik!!!"
B : "Hahahaha... Betul betul betul... Eh tapi, ngomong-ngomong siapa diantara kita yang paling tampan?"
K : "Aku dong!!
L : "Ah.. Mana bisa!!"
B : "Apa buktinya, ketupat!!"
K : "Lihat saja, rupaku keren begini, butuh perjuangan tangan terampil untuk merangkaiku hingga setampan ini..!"
L : "Ah, lebay... aku dan burasa juga susah dibuatnya!"
B : "Iya nih, ketupat lebay... Biar tampan kalo tak bermakna, kan ndak guna!"
K : "Siapa bilang penciptaanku tak bermakna? Konon, makna penciptaanku penuh filosofi, makanya aku sangat khas di hari raya Idul Fitri. Aku melambangkan bahwa orang yang membawaku mengaku kalau ia manusia yang lepat (keliru). Kesalahan manusia yang bermacam-macam itu tercermin pada anyamanku yang berselang-seling dan rumit. Kalau aku dibelah, tampaklah isiku yang berwarna putih. Nah, itulah cerminan hati yang putih bersih dan suci setelah manusia memohon ampun dari segala kesalahan. Bentukku yang indah ini juga melambangkan kesempurnaan setelah umat muslim menuntaskan ibadah puasanya selama sebulan. Maka ketika manusia mengantarkanku kepada sanak keluarga dan kerabat mereka, secara simbolis pembawaku menyatakan permohonan maaf sambil mengajak bersilaturahmi"
L : "Lagi-lagi kamu lebay wahai ketupat, pemaknaan berlebihan dan dibuat-buat. Bukankah tak penting simbolisasi, yang penting manfaatnya. Kita kan sama-sama berguna, dimakan, dan membuat kenyang manusia. Malah kamu sulit dibuatnya, rumit, menyusahkan. Aku dengan mudahnya dibuat manusia, tinggal dibungkus daun pisang dan jadilah. Lihat juga dikeseharian manusia, aku lebih banyak dicari daripada kamu, seluruh makanan bisa dipadankan denganku"
B : "Stop!! Hentikan perdebatan ini, kalian berdua sombongnya minta ampun, aku yang terbuat dari bahan tambahan tidak sesombong kalian. Aku makanan asli dari sulawesi, selalu dicari. Aku ditambah santan, kalian tidak ada campurannya sama sekali. Rasaku lebih enak dari kalian!"
Percakapan terhenti, saya mengambil masing-masing satu ketupat, lontong, dan burasa di piring. Saya campur dengan sedikit opor dan daging. Saya habiskan kurang dari 3 menit. Mereka bertiga saya lahap sekaligus, bertemu kembali dalam perut untuk dikeluarkan lagi keesokan harinya. Saya pun kenyang, ketiganya berhasil menyingkirkan peran nasi untuk beberapa hari kemudian.
Ini hanyalah cerita fiktif. Tak perlu menyombongkan diri atas apa yang dimiliki, yang penting manfaat bagi kehidupan. Manusia juga demikian, apa yang mau disombongkan? Tokh semuanya berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Berbuat yang terbaik saja, biar hidup bermanfaat. Semangat berlebaran.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment