Akhir pekan kemarin dihabiskan di Gowa Discovery Park (GDP). GDP terletak di Desa Sapiria, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. GDP mulai dibangun pada tahun 2010. Pembangunannya menjadi polemik karena berada di dalam kawasan budaya Benteng Somba Opu, benteng kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan yang kondisinya sekarang hancur parah. Pada zaman kerajaan dulu, di dalam benteng seluas 113.590 meter persegi tersebut terdapat istana raja, rumah kaum bangsawan, pembesar dan pegawai-pegawai kerajaan yang dikelilingi tembok. Belakangan, pada awal tahun 90-an di dalam kompleks benteng dibangun berbagai rumah adat dari berbagai suku yang ada di seluruh Sulawesi Selatan, sehingga kawasan budaya Somba Opu menjadi miniatur Sulawesi Selatan. Ingatan saya masih samar ketika pertama kali diajak Bapak ke tempat ini. Peresmian rumah-rumah adat di dalam kawasan Benteng Somba Opu tumpah ruah oleh ribuan pengunjung. Belum ada mall saat itu. Pernah juga saya kesini saat SMA jadi asisten juru ukur tanah di sepanjang sungai, diajak almarhum pak Eko, lumayan honornya. Seiring waktu, kawasan ini mulai sepi pengunjung. Rumah adat sudah tidak terawat, rusak disana-sini. Mahasiswa memanfaatkannya untuk berkegiatan, Rapat Kerja salah satunya, tempat ini sewanya murah dan jauh dari keramaian, sangat pas menyelenggarakan rapat kerja. Tak ada angkutan umum masuk ke sini. Tapi itu dulu, sekarang polemik seputar pembangunan Gowa Discovery Park tidak ada kabarnya lagi, dan GDP berdiri megah di dalam kawasan budaya Somba Opu.
Masuk area GDP, kami disambut loket tiket dan pemeriksaan tas di pintu masuk yang sangat ketat, seperti pemeriksaan tas di bandara dan bioskop. Haram membawa makanan dan minuman dari luar. Setelahnya, mata kemudian tertuju pada desain GDP, suasana Bali sangat terasa dengan kain kotak-kotak, payung dan sebuah patung khas Bali. Alunan musik pengiring pun bertema Bali. Saya mbatin, ini saya berada di Gowa atau di Bali? Mungkin pemilik GDP adalah orang Bali. Suasana ini jadi sangat kontras dengan waterboom lain yang lebih dahulu kesohor di tanah Makassar, Bugis Waterpark yang penamaan wahana dan suasananya sangat khas adat Bugis. Sepanjang penglihatan saya, ada 4 kolam renang besar dengan ragam permainan di GDP. Karena kesiangan, kami tunda main airnya. Mengisi perut dulu dengan nasi goreng dan minuman ala kadarnya yang dibeli di dalam area GDP. Lumayan, porsi nasi gorengnya sedikit, porsi diet. Setelah menyewa gazebo untuk berlindung dari terik matahari, kami ke taman burung yang berada di bagian belakang GDP. Terus terang, ini yang paling menarik. Untuk kali pertama saya melihat monyet Sulawesi, burung kasuari, dan burung elang secara langsung. Saya pun sempat berfoto bareng burung kakak tua yang dipandu oleh pemandu yang ramah. Setelah puas berkeliling taman burung, sisa waktu dihabiskan di kolam renang, termasuk mencoba seluncuran tinggi. Setelahnya, kami pulang membawa lelah plus bahagia, meninggalkan kisah pilu Benteng Somba Opu yang terlupakan.
Jadi kangen sama gdp stelah membaca cerita bpk...
ReplyDeleteSaya dn teman" dr sby yg telah merakit mainan air waterboom d gdp
Salam kangen bwt makasar
Kak mumu, bgskah disana ?
ReplyDelete