Friday, July 15, 2016

Wisata singkat Apparalang


Sekali layar terkembang, 
Pantang biduk surut ke pantai...

Mungkin itulah prinsip kami berwisata, khususnya pengalaman ke Apparalang libur lebaran edisi tahun ini.

Kami meninggalkan pantai Tanjung Bira sekira pukul 11 siang. Sebelum pulang ke Makassar, kami berniat singgah ke Apparalang. Bermodalkan google maps, kami menyusuri jalan sempit. Google maps bilang Apparalang dekat Bira, butuh sekitar 15 menit saja dari Bira. Ada dua jalur pilihan, pertama belok kanan langsung dari Bira sekitar 15 menit atau jalur kedua sekitar 20 menit. Kami memilih opsi jalur pertama yang lebih dekat dari Bira.


Setelah belok kanan, kami menyusuri jalan sempit, mesti ekstra hati-hati bila mobil berpapasan. Sekitar 5 menit kemudian sampailah kami di jalan curam nan terjal. Ada papan peringatan untuk berhati-hati menyusuri jalan. Sebelum kami ada mobil minibus parkir, menandakan sang sopir takut menuruni jalan. Kami ikut khawatir dan memarkir mobil di tepi jalan. Google maps bilang Apparalang tinggal 5 menit jalan kaki. Kami memutuskan jalan kaki menuruni jalan, meninggalkan mobil di atas bersama anak-anak dan tantenya yang ogah jalan kaki. Sebentar saja pikir kami.


Begitu menuruni jalan, kami mulai khawatir dibohongi google maps. Sudah lima menit berjalan kami belum sampai di tujuan. Namun kami telah membulatkan tekad, sekali jalan melangkah pantang wajah berbalik dan mundur kembali. Benar saja, sampai di pertigaan seorang pemandu jalan memberi isyarat kalau Apparalang masih jauh dan bisa lumpuh kalau ditempuh dengan berjalan kaki. Kami berembuk, mau mempercayai google maps atau pemandu jalan. Akhirnya kami memilih mempercayai pemandu jalan dan merental motornya yang terparkir di pinggir jalan. 


Motor recing bersuara binal ini akhirnya menemani sisa perjalanan kami ke Apparalang. Sang pemilik motor minta 20 ribu rupiah sebagai biaya rental motornya. Tanpa pikir panjang motor kami pinjam sewa dan meneruskan perjalanan. Ternyata Apparalang masih jauh, keputusan tepat menyewa motor.

Sampai di Apparalang, kami memarkir motor dan membeli tiket masuk. Harga tiket masuk Apparalang tahun 2016 sudah sepuluh ribu rupiah per orang. Tak mengapa mengingat perjalanan kami sudah serepot ini.



Sampai di Apparalang kami bisa menyaksikan pemandangan karang laut yang sungguh indah. Melihat ini saya teringat dengan pantai Uluwatu di Bali. Namun konon, ini mirip pemandangan Raja Ampat Papua. Banyak pengunjung di musim libur lebaran. Namun yang paling mengganggu adalah pasangan yang sedang sesi foto prawedding. Tak ada yang boleh mendekat mengambil foto di ujung dermaga. Pantai seakan milik mereka berdua saja.


Kami hanya kebagian di pinggir dermaga, mengambil beberapa foto karang dan selfie kami. Tak cukup lima menit kami naik kembali ke atas untuk kemudian pulang. Sungguh wisata yang sangat singkat. Namun prosesnya akan kami kenang selamanya.



Sunday, July 10, 2016

Liburan Lebaran 2016: tak jadi Toraja, Bira pun Jadi





Liburan lebaran tak melulu diisi silaturahmi,
Jadikan liburan seru dan menyenangkan bersama keluarga...

Idul Fitri 1437 H telah berakhir. Mungkin ini liburan lebaran paling seru dan menyenangkan. Jelang liburan cuti bersama lebaran, persiapan berwisata telah direncanakan. Opsi pertama adalah Tana Toraja (Tator). Kami belum pernah kesana padahal Toraja masih se-propinsi dengan tempat tinggal kami, Sulawesi Selatan. Tator adalah salah satu destinasi favorit Sulawesi Selatan, menyedihkan rasanya kami belum pernah kesana. Namun karena beberapa pertimbangan, kami urung ke Tator. Letaknya yang lumayan jauh (8 jam perjalanan dari kota Makassar) dengan membawa balita mengurungkan niatan kami ke Toraja. Belum lagi soal penginapan dan transportasi disana seandainya kami naik bus (pun kalau bus ada berhubung suasana lebaran).

Akhirnya kami batal ke Tator, dan mengalihkan tujuan wisata "hanya" ke pantai Tanjung Bira, yang "hanya" lima jam perjalanan dari Makassar. Sebelumnya kami pernah ke Bira, beberapa tahun lalu. Bira waktu itu sudah ramai pengunjung namun dengan fasilitas yang masih seadanya. Konon sekarang sudah beda dan jauh berkembang dengan fasilitas yang lengkap. Sebenarnya saya agak kecewa karena mengalihkan tujuan wisata dari Tator ke Bira, berhubung kami sudah pernah ke Bira.



Saya lebih menilai suatu perjalanan wisata dari prosesnya, bukan semata tujuannya. Perjuangan ke tempat wisata adalah suatu proses yang tak ternilai harganya, pengalaman adalah guru yang paling berharga. Bagi saya perjalanan ke Bira merupakan pengalaman pertama saya mengemudikan mobil keluar daerah yang paling jauh dan lama. Bisa anda  bayangkan bagaimana "tegang" dan melelahkannya.

Kami memberanikan diri ke Bira naik mobil matic "pinjaman", hal yang lumayan meringankan pekerjaan kaki selama perjalanan. Tepat jam 9 pagi kami meninggalkan rumah, perjalanan lumayan lancar tanpa macet padahal suasana mudik lebaran. Isi bahan bakar mobil 220 ribuan, full tangki. Beberapa kali kami singgah melepas lelah. Membeli bekal di minimarket dan sarapan Bakso Raksasa di daerah Gowa, jajan jagung rebus di daerah Takalar, dan Shalat Jumat di daerah Jeneponto.

Bermodalkan peta google kami menyusuri jalan sejak Bantaeng hingga tengah kota Bulukumba. Meskipun pernah ke Bira, kami tidak tahu jalan kesana, jalan di kota Bulukumba banyak persimpangannya. Kami menahan lapar nasi di tengah perjalanan, takut kesorean dan tak dapat penginapan di Bira. Perjalanan dari kota Bulukumba ke Bira sekitar satu jam perjalanan.




Tepat jam setengah empat sore, kami tiba di Bira. Macet parah di depan pintu masuk, tak dapat parkiran di area wisata. Beruntung kami mendapat penginapan yang sementara kosong, Bira Beach Hotel, mungkin penginapan paling kesohor dan paling awal di Bira. Penginapan ini pernah saya tempati beberapa tahun lalu. Kondisinya semakin buruk, seakan tak terawat dari luar, tapi fasilitas lumayan ber-AC dan ber-WC dengan satu tempat tidur. Beberapa tahun lalu penginapan ini bertarif 200an ribu rupiah, tahun 2016 ini sudah 450 ribu rupiah semalam. Lumayan murah dibanding tempat lain yang berfasilitas minim, selain lokasinya yang paling strategis di tepi pantai.



Ada sebuah resort elit di Bira, Hakuna Matata, resort baru yang berdiri megah di atas karang pantai Bira. Saya lupa dan tak perhatikan, sepertinya sebelum adanya resort ini, penginapan yang dikelola penduduk Bira berdiri berjejer di atas karang Bira. Kantong kami tak familiar untuk menyewa resort ini, kami hanya menikmati suasana sore dari restoran hotel yang juga lumayan mahal namun mengenyangkan.



Pemandangan pantai Bira dari atas karang resort ini sungguh menawan. Pantai Bira semakin indah dengan hamparan pasir putihnya. Saya dan si kecil sempat berendam sejenak di tepi pantai sebelum istirahay jelang malam. Suasana malam di pantai Bira lumayan meriah, dengan kios-kios buah tangan yang masih buka hingga malam, acara keluarga, hingga riuhnya suara petasan. Saya lelah bawa mobil, segera terlelap begitu ketemu tempat datar.




Pagi menyapa, kami berendam di tepi pantai. Ponsel dan kamera kami tinggalkan di kamar, hanya ingin bersenang-senang menikmati pantai, tak ingin diganggu gadget. Jadinya, moment main air tak terabadikan lewat foto, hanya di ingatan. Selain main air, kami naik banana boat. Tarif seratus ribu sekali main. Kami naik hanya bertiga, dua anak-anak kami tinggalkan sebentar main pasir. Kami selesai main air jam 9an, bersiap cekout kamar dan ke destinasi selanjutnya, pantai Apparalang.


Wednesday, July 6, 2016

Hold on (to yourself)


Hold On

As I stepped to the edge
Of the shadow of a doubt
With my conscience beating
Like the pulse of the drum
That hammers on and on
'Til I reach the break of the day
When the sun beats down
On the Rafway house
Has my conscience beatin'
The sound in my ear
The will to persevere
As I reach the break of the day
When you lost all hope an' excuses
An' the cheap skates an' the losers
Nothing's left to cling on to
Gotta hold on
Hold on to yourself
A cry of hope
A plea for peace
An' my conscience beatin'
It's not what I want for
It's all that I need
To reach the break of day
So I run to the edge
Of the shadow of a doubt
With my conscience bleeding
Here lies the truth
The lost treasures of my youth
As I hold to the break of day
When you lost all hope an' excuses
An' the cheap skates an' the losers
Nothing's left to cling on to
Gotta hold on
Hold on to yourself
When you lost all hope an' excuses
An' the cheap skates an' the losers
Nothing's left to cling on to
Gotta hold on
Gotta hold on
Hold on
Hold on to yourself

#HoldOn
#GreenDay