Tuesday, July 29, 2014

Selamat Idul Fitri, Maafkanlah Kami

Selamat Idul Fitri 1435 H..
Maafkanlah kami..
Agar -kami- kembali suci di hari nan fitri..

Teroris Ala Kadarnya

Israel is real terrorist. Go to the hell Israhell army.

Tuesday, July 15, 2014

Biskuit Khong Guan, Mau?


Saat puasa Ramadhan apalagi jelang lebaran, biskuit Khong Guan kembali jadi trending topik di dunia maya maupun dunia abal-abal. Tampilan kemasannya tidak berubah sejak dulu, dulu sekali. Satu hal yang menarik adalah ilustrasi kotak Khong Guan: satu nyonya, dengan dua anak, tanpa ayah. Mereka asyik makan biskuit di atas meja ditemani secangkir minuman. Pertanyaan setengah waras sejak dulu adalah:  MANA BAPAKNYA? Tentunya bukan bang Toyib, puluhan puasa dan lebaran tidak pulang-pulang. Tak perlulah kita ceritakan rasa biskuit yang standar itu, atau wafer terbungkus plastik yang jadi rebutan. Cukup jelaskan mana bapaknya!! *super kepo*

Kalau bapaknya yang foto, bisa jadi. Bukankah yang  bertugas memotret kebanyakan tidak ikut terfoto? Kecuali foto selfie, atau memotret dengan timer. Tapi, ini masih jaman dulu, teknologi belum sanggup memotret keluarga secara utuh, dan sang bapaklah yang kebanyakan mengalah, memotret keluarganya. Mungkin foto ini diambil sore hari, saat santai keluarga, bapak sudah pulang kerja.

Kalau Bapaknya lagi lembur belum pulang dari kantor atau malah tugas keluar kota, bisa jadi. Bukankah memang tugas seorang kepala keluarga yang disematkan pada seorang Ayah adalah mencari nafkah, dan ibu mengurus rumah tangga? Mungkin foto ini diambil siang hari, saat bapak sibuk di kantor. Lalu siapa yang foto? Suami tetangga!!

Kalau bapaknya sedang di dapur, mempersiapkan makanan lainnya, atau cuci piring, atau apalah urusan rumah tangga, bisa jadi. Bukankah sejak dulu ada profesi sebagai bapak rumah tangga? Yang mengurusi rumah tangga dengan segala tetek bengeknya? Ini jaman emansipasi pria, laki-laki pun bisa bekerja di rumah sebagai bapak rumah tangga sementara si ibu bekerja diluar rumah. Tidak ada masalah. Lalu siapa yang memotretnya? Suami tetangga!!

Ah sudahlah, bisa jadi pertanyaan setengah waras lainnya seandainya keluarga ini utuh ada bapaknya ikut nimbrung makan biskuit adalah: Bapaknya kok ada? Tidak kerja? Nganggur yah? Bapak rumah tangga yah? Lagian, ini hanyalah sebuah gambar, bukan foto. Konon yang menggambar ilustrasi ini adalah seorang Bernardus Prasojo. Mengapa lukisannya tak ada bapaknya? Tanya langsung kepada beliau. #kepo.

Ilustrasi: Beritagar

Monday, July 14, 2014

Quick Count Pilpres Ala Kadarnya

Hitung cepat atau quick count adalah alat untuk mengetahui hasil pemilu secara cepat dengan mengambil sampel di tempat pemungutan suara (TPS). Quick count bukan sekadar untuk tahu hasil pemilu secara cepat saja, tapi juga sebagai perbandingan dengan hasil resmi KPU (Komisi Pemilihan Umum). Dikutip dari laman Wikipedia, tujuan quick count antara lain: •menghalangi penipuan; •mendeteksi kecurangan; •menawarkan perkiraan hasil secara cepat; •menanamkan kepercayaan dalam proses pemilihan dan hasil resmi; •melaporkan pada kualitas proses •mendorong partisipasi masyarakat; •memperluas jangkauan organisasi dan membangun keterampilan; dan •mempersiapkan untuk kegiatan mendatang.

Pasca pemungutan suara Pilpres 9 Juli ini, sejumlah lembaga survei mengadakan hitung cepat. Namun, hasil hitung cepat ini ternyata berbeda-beda. Setidaknya ada 7 lembaga survei yang memprediksi Jokowi-JK menang di antaranya yakni Cyrus Network-CSIS, Lingkaran Survei Indonesia, Litbang Kompas, Populi Center, dan Indikator Politik. Sementara empat lembaga survei memprediksi Prabowo-Hatta menang yakni Jaringan Survei Indonesia (JSI), Lembaga Survei Nusantara (LSN), IRC, dan Puskaptis. Dengan hasil itu, masing-masing kubu pun mengklaim kemenangan. Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri sudah mendeklarasikan kemenangan bagi kubu Jokowi-JK. Di sisi lain, Prabowo sujud syukur dan berterima kasih kepada rakyat Indonesia yang sudah memilihnya sebagai presiden Indonesia selanjutnya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono langsung mengumpulkan setiap kandidat capres dan cawapres agar bisa menahan diri. SBY pun sudah menginstruksikan jajaran TNI untuk siaga dalam level tertinggi dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya konflik horizontal.

Konon, beberapa lembaga survei yang memenangkan Prabowo-Hatta berkategori abal-abal. Ini dilihat dari rekam jejaknya yang baru dibentuk dan beberapa survei sebelumnya bermasalah dan ditengarai melakukan manipulasi data. Tapi, katanya walaupun kredibel, lembaga survei yang memenangkan Jokowi-JK berbayar dan menjadi pendukung Jokowi-JK. Jadi yang mana yang kita percayai? Tidak ada dua kebenaran yang berbeda bukan? Karena kita adalah akademisi, kita cenderung percaya pada lembaga yang kredibel. Pada akhirnya KPU lah yang akan mengungkap kebenarannya. Peneliti boleh salah, tapi tidak boleh berbohong. Seluruh lembaga survei mempertaruhkan kredibilitasnya hingga rakyatlah yang menghukumi kebohongannya kelak, termasuk capres-cawapresnya.

Thursday, July 3, 2014

Belajar Mengemudi Ala Kadarnya

Kita kadang iri pada sopir pete-pete (angkot Makassar), dengan senang hati merajai jalanan Makassar seenak maunya. Membelokkan dan memberhentikan pete-pete seenaknya yang seringkali membahayakan pengguna jalan lainnya, tak terkecuali saya yang selama ini naik motor. Hingga umur kepala tiga ini saya tidak tahu mengendarai mobil. Mungkin supir pete-pete yang membaca postingan ini akan menertawai saya. Tak perlu sekolah tinggi-tinggi untuk bisa bawa mobil. Cukup nekad, ada kesempatan, dan ada mobil yang bisa dipakai belajar mengemudi. Soal SIM urusan kesekian, tak punya juga tak mengapa, SIM tembakpun tidak jadi soal. Toh berlaku hukum rimba di jalanan, yang kuat dan berani adalah rajanya. No rules!!

Ketidaktahuan saya membawa mobil berimbas pada keluarga, istri dan anak. Pernah istri hamil besar dan mesti ke dokter untuk cek rutin, kami akhirnya naik motor dengan risiko keguguran selama di perjalanan. Pernah juga si kecil sakit dan akhirnya kami naik bentor atau taksi atau minta diantar kakak ipar ke dokter. Ini gara-gara saya tidak tahu bawa mobil. Pernah kami batal ke resepsi pernikahan hanya gara-gara kehujanan di tengah jalan karena naik motor. Menyedihkan!!

Bukannya tidak mau belajar mengemudi, agar tahu bawa mobil, saya minta diajar oleh teman dan keluarga. Tapi tak pernah ada waktu yang pas. Entahlah jika cuma jadi alasan, sebenarnya mereka hanya basa-basi membesarkan hati saya padahal mereka malas dan tidak mau mengajari saya. Bosan menunggu, saya akhirnya latihan mengemudi di tempat kursus dengan bayaran yang tidak sedikit. Mumpung libur semester dan cuti kerja.

Instrukturnya baik, hanya beberapa jam saya sudah bisa bawa mobil sendiri walaupun masih ada kekurangan di sana sini. Setir, kopling, gas, dan rem sudah seirama walaupun kadang mati dalam jika saya panik. Konon, saya terlalu bernafsu membalap dan emosional yang menyebabkan tidak tenang dan gugup jika kepepet. Intinya, belajar mengemudi harus banyak bersabar. Tapi sepertinya tak perlu banyak bersabar untuk bisa mengendarai pete-pete. Padahal pete-pete adalah mobil juga. Suatu penarikan kesimpulan yang aneh dan pastinya salah. Mari mengemudi dengan baik dan benar.