Thursday, February 11, 2016

Hoax di Media Sosial Kita



Kalau ada pesan hoax, cerdaslah sedikit, acuhkan saja...

Entah berapa banyak pesan broadcast yang beredar di dunia maya. Banyak pastinya. Dari seluruhnya, tak sedikit yang berisi pesan hoax. Berita palsu.

Mungkin banyak penerima hoax yang "terpaksa" meneruskan isi pesan tanpa cek dan ricek (tabayyun) terlebih dahulu. Menilik dari "ancaman" yang ditujukan bagi yang tidak mengindahkan isi pesan, saya yakin banyak yang kemudian meneruskan isi pesan dengan membabi buta. Siapa yang mau dibenci orang tanpa sebab? Siapa yang mau kena sial (sampai usia hampir setengah abad) tanpa alasan jelas? Siapa yang mau kelaminnya membusuk? Tidak ada! Masalahnya, si pengirim pesan sudah bersumpah serapah atas nama Tuhannya agar si penerima pesan meneruskan pesan hoax tersebut. Walaupun ke-hoax-annya sudah tampak pada isi pesan. Mana ada jumlah penduduk bumi 1000 milyar?





Mungkin meneruskan pesan hoax seperti ini dianggap sepele, tiba-tiba hadir saja di private message tanpa pertanggungan jawab si pengirim. Daripada celaka (karena sudah dilabeli sumpah), mending diteruskan. Padahal sebenarnya meneruskan pesan demikian lebih banyak mudharatnya dibandingkan kebaikannya. Bukankah sudah jelas dalam kitab suci Al-Quran bahwa kita sangat dilarang meneruskan berita yang tidak kita ketahui kebenarannya? Mungkin demikian juga dengan kitab suci yang lain.

Entah apa tujuan si pengirim pesan yang paling awal. Mungkin iseng saja. Taruhlah ceritanya begini. Saya sebagai pencipta pesan meneruskan ke seluruh kontak. Broadcast messages. Saya mau agar pesan ini sampai ke seluruh pengguna jejaring sosial. Saya ingin mengukur sampai kapan pesan tersebut sampai kembali ke saya, apakah ada perubahan isi pesan? Tujuan iseng yang benar-benar iseng. Buang waktu cari sibuk. Beda ceritanya bila pesan tersebut bisa menaikkan traffik kunjungan ke sebuah alamat situs. Ujung-ujungnya berkaitan dengan iklan yang berarti penghasilan bagi si pencipta pesan. Bagaimana dengan kasus seperti ini yang masuk ke pesan pribadi tanpa iklan? Pastinya sekedar iseng saja.
Kalau sekedar iseng sebenarnya tak terlalu masalah, namun bagaimana jika isi pesan provokatif dan menebar kebencian? Tentunya akan sangat mengganggu ketentraman bersama.

Lalu bagaimana seharusnya kita menyikapi pesan hoax seperti ini? Cueki saja, kalau bisa langsung hapus dan tak perlu dibaca dengan khusyuk apalagi dikhatamkan berulang-ulang.

Bagaimana dengan anda temans? Pernah dapat pesan hoax yang tak jelas juntrungannya? Anda teruskan atau acuhkan?

No comments:

Post a Comment