Tuesday, November 15, 2016

Trump, next american idiot?


AMERICAN IDIOT

Don't wanna be an American idiot.
Don't want a nation under the new mania
And can you hear the sound of hysteria?
The subliminal mind fuck America.

Welcome to a new kind of tension.
All across the alienation.
Where everything isn't meant to be okay.
Television dreams of tomorrow.
We're not the ones who're meant to follow.
For that's enough to argue.

Well maybe I'm the faggot America.
I'm not a part of a redneck agenda.
Now everybody do the propaganda.
And sing along to the age of paranoia.

Welcome to a new kind of tension.
All across the alienation.
Where everything isn't meant to be okay.
Television dreams of tomorrow.
We're not the ones who're meant to follow.
For that's enough to argue.

Don't want to be an American idiot.
One nation controlled by the media.
Information age of hysteria.
It's calling out to idiot America.

Welcome to a new kind of tension.
All across the alienation.
Where everything isn't meant to be okay.
Television dreams of tomorrow.
We're not the ones who're meant to follow.
For that's enough to argue.


Trump, Next American Idiot?

Sunday, September 11, 2016

Gedung Tertinggi di Makassar



FYI, saya berusaha membuat baju dengan desain unik dari Makassar. Harapannya bajunya unik dan disukai, bisa jadi oleh-oleh khas Makassar bagi pelancong yang berkunjung dimari. Salah satu desain unik yang menggambarkan sebuah kota adalah siluet gedung-gedung unik di kota tersebut. Nah bagaimana dengan kota Makassar yang tidak banyak mempunyai gedung pencakar langit? Ada sih gedung unik seperti gedung miring Telkomsel tapi tingginya semampai, seratus meter tak sampai.


Menurut wikipedia, gedung tertinggi di Makassar tahun 2016 ini adalah Royal Apartemen 1 dan 2 (yang saya tak tahu juga lokasinya dimana) dengan 25 lantai. Ya, hanya 25 lantai saja gedung tertinggi di Makassar. Gedung selanjutnya adalah menara Bosowa (23 lantai) yang terletak di depan lapangan Karebosi, alun-alun kota Makassar. Oh iya, ini pun sudah di diskon karena rata-rata gedung di Makassar tak menyertakan lantai 4 dan 13, mungkin sebagai fengshui dan pamali jika memasukkan kedua angka "sial" ini. Jadi mungkin saja jika sebuah gedung terdiri dari 25 lantai pada kenyataannya hanya ada 23 lantai.

Adapun foto di atas saya ambil di lantai 17 hotel Aston. Kebetulan ada jendela untuk melihat gedung sekitar.

Friday, July 15, 2016

Wisata singkat Apparalang


Sekali layar terkembang, 
Pantang biduk surut ke pantai...

Mungkin itulah prinsip kami berwisata, khususnya pengalaman ke Apparalang libur lebaran edisi tahun ini.

Kami meninggalkan pantai Tanjung Bira sekira pukul 11 siang. Sebelum pulang ke Makassar, kami berniat singgah ke Apparalang. Bermodalkan google maps, kami menyusuri jalan sempit. Google maps bilang Apparalang dekat Bira, butuh sekitar 15 menit saja dari Bira. Ada dua jalur pilihan, pertama belok kanan langsung dari Bira sekitar 15 menit atau jalur kedua sekitar 20 menit. Kami memilih opsi jalur pertama yang lebih dekat dari Bira.


Setelah belok kanan, kami menyusuri jalan sempit, mesti ekstra hati-hati bila mobil berpapasan. Sekitar 5 menit kemudian sampailah kami di jalan curam nan terjal. Ada papan peringatan untuk berhati-hati menyusuri jalan. Sebelum kami ada mobil minibus parkir, menandakan sang sopir takut menuruni jalan. Kami ikut khawatir dan memarkir mobil di tepi jalan. Google maps bilang Apparalang tinggal 5 menit jalan kaki. Kami memutuskan jalan kaki menuruni jalan, meninggalkan mobil di atas bersama anak-anak dan tantenya yang ogah jalan kaki. Sebentar saja pikir kami.


Begitu menuruni jalan, kami mulai khawatir dibohongi google maps. Sudah lima menit berjalan kami belum sampai di tujuan. Namun kami telah membulatkan tekad, sekali jalan melangkah pantang wajah berbalik dan mundur kembali. Benar saja, sampai di pertigaan seorang pemandu jalan memberi isyarat kalau Apparalang masih jauh dan bisa lumpuh kalau ditempuh dengan berjalan kaki. Kami berembuk, mau mempercayai google maps atau pemandu jalan. Akhirnya kami memilih mempercayai pemandu jalan dan merental motornya yang terparkir di pinggir jalan. 


Motor recing bersuara binal ini akhirnya menemani sisa perjalanan kami ke Apparalang. Sang pemilik motor minta 20 ribu rupiah sebagai biaya rental motornya. Tanpa pikir panjang motor kami pinjam sewa dan meneruskan perjalanan. Ternyata Apparalang masih jauh, keputusan tepat menyewa motor.

Sampai di Apparalang, kami memarkir motor dan membeli tiket masuk. Harga tiket masuk Apparalang tahun 2016 sudah sepuluh ribu rupiah per orang. Tak mengapa mengingat perjalanan kami sudah serepot ini.



Sampai di Apparalang kami bisa menyaksikan pemandangan karang laut yang sungguh indah. Melihat ini saya teringat dengan pantai Uluwatu di Bali. Namun konon, ini mirip pemandangan Raja Ampat Papua. Banyak pengunjung di musim libur lebaran. Namun yang paling mengganggu adalah pasangan yang sedang sesi foto prawedding. Tak ada yang boleh mendekat mengambil foto di ujung dermaga. Pantai seakan milik mereka berdua saja.


Kami hanya kebagian di pinggir dermaga, mengambil beberapa foto karang dan selfie kami. Tak cukup lima menit kami naik kembali ke atas untuk kemudian pulang. Sungguh wisata yang sangat singkat. Namun prosesnya akan kami kenang selamanya.



Sunday, July 10, 2016

Liburan Lebaran 2016: tak jadi Toraja, Bira pun Jadi





Liburan lebaran tak melulu diisi silaturahmi,
Jadikan liburan seru dan menyenangkan bersama keluarga...

Idul Fitri 1437 H telah berakhir. Mungkin ini liburan lebaran paling seru dan menyenangkan. Jelang liburan cuti bersama lebaran, persiapan berwisata telah direncanakan. Opsi pertama adalah Tana Toraja (Tator). Kami belum pernah kesana padahal Toraja masih se-propinsi dengan tempat tinggal kami, Sulawesi Selatan. Tator adalah salah satu destinasi favorit Sulawesi Selatan, menyedihkan rasanya kami belum pernah kesana. Namun karena beberapa pertimbangan, kami urung ke Tator. Letaknya yang lumayan jauh (8 jam perjalanan dari kota Makassar) dengan membawa balita mengurungkan niatan kami ke Toraja. Belum lagi soal penginapan dan transportasi disana seandainya kami naik bus (pun kalau bus ada berhubung suasana lebaran).

Akhirnya kami batal ke Tator, dan mengalihkan tujuan wisata "hanya" ke pantai Tanjung Bira, yang "hanya" lima jam perjalanan dari Makassar. Sebelumnya kami pernah ke Bira, beberapa tahun lalu. Bira waktu itu sudah ramai pengunjung namun dengan fasilitas yang masih seadanya. Konon sekarang sudah beda dan jauh berkembang dengan fasilitas yang lengkap. Sebenarnya saya agak kecewa karena mengalihkan tujuan wisata dari Tator ke Bira, berhubung kami sudah pernah ke Bira.



Saya lebih menilai suatu perjalanan wisata dari prosesnya, bukan semata tujuannya. Perjuangan ke tempat wisata adalah suatu proses yang tak ternilai harganya, pengalaman adalah guru yang paling berharga. Bagi saya perjalanan ke Bira merupakan pengalaman pertama saya mengemudikan mobil keluar daerah yang paling jauh dan lama. Bisa anda  bayangkan bagaimana "tegang" dan melelahkannya.

Kami memberanikan diri ke Bira naik mobil matic "pinjaman", hal yang lumayan meringankan pekerjaan kaki selama perjalanan. Tepat jam 9 pagi kami meninggalkan rumah, perjalanan lumayan lancar tanpa macet padahal suasana mudik lebaran. Isi bahan bakar mobil 220 ribuan, full tangki. Beberapa kali kami singgah melepas lelah. Membeli bekal di minimarket dan sarapan Bakso Raksasa di daerah Gowa, jajan jagung rebus di daerah Takalar, dan Shalat Jumat di daerah Jeneponto.

Bermodalkan peta google kami menyusuri jalan sejak Bantaeng hingga tengah kota Bulukumba. Meskipun pernah ke Bira, kami tidak tahu jalan kesana, jalan di kota Bulukumba banyak persimpangannya. Kami menahan lapar nasi di tengah perjalanan, takut kesorean dan tak dapat penginapan di Bira. Perjalanan dari kota Bulukumba ke Bira sekitar satu jam perjalanan.




Tepat jam setengah empat sore, kami tiba di Bira. Macet parah di depan pintu masuk, tak dapat parkiran di area wisata. Beruntung kami mendapat penginapan yang sementara kosong, Bira Beach Hotel, mungkin penginapan paling kesohor dan paling awal di Bira. Penginapan ini pernah saya tempati beberapa tahun lalu. Kondisinya semakin buruk, seakan tak terawat dari luar, tapi fasilitas lumayan ber-AC dan ber-WC dengan satu tempat tidur. Beberapa tahun lalu penginapan ini bertarif 200an ribu rupiah, tahun 2016 ini sudah 450 ribu rupiah semalam. Lumayan murah dibanding tempat lain yang berfasilitas minim, selain lokasinya yang paling strategis di tepi pantai.



Ada sebuah resort elit di Bira, Hakuna Matata, resort baru yang berdiri megah di atas karang pantai Bira. Saya lupa dan tak perhatikan, sepertinya sebelum adanya resort ini, penginapan yang dikelola penduduk Bira berdiri berjejer di atas karang Bira. Kantong kami tak familiar untuk menyewa resort ini, kami hanya menikmati suasana sore dari restoran hotel yang juga lumayan mahal namun mengenyangkan.



Pemandangan pantai Bira dari atas karang resort ini sungguh menawan. Pantai Bira semakin indah dengan hamparan pasir putihnya. Saya dan si kecil sempat berendam sejenak di tepi pantai sebelum istirahay jelang malam. Suasana malam di pantai Bira lumayan meriah, dengan kios-kios buah tangan yang masih buka hingga malam, acara keluarga, hingga riuhnya suara petasan. Saya lelah bawa mobil, segera terlelap begitu ketemu tempat datar.




Pagi menyapa, kami berendam di tepi pantai. Ponsel dan kamera kami tinggalkan di kamar, hanya ingin bersenang-senang menikmati pantai, tak ingin diganggu gadget. Jadinya, moment main air tak terabadikan lewat foto, hanya di ingatan. Selain main air, kami naik banana boat. Tarif seratus ribu sekali main. Kami naik hanya bertiga, dua anak-anak kami tinggalkan sebentar main pasir. Kami selesai main air jam 9an, bersiap cekout kamar dan ke destinasi selanjutnya, pantai Apparalang.


Wednesday, July 6, 2016

Hold on (to yourself)


Hold On

As I stepped to the edge
Of the shadow of a doubt
With my conscience beating
Like the pulse of the drum
That hammers on and on
'Til I reach the break of the day
When the sun beats down
On the Rafway house
Has my conscience beatin'
The sound in my ear
The will to persevere
As I reach the break of the day
When you lost all hope an' excuses
An' the cheap skates an' the losers
Nothing's left to cling on to
Gotta hold on
Hold on to yourself
A cry of hope
A plea for peace
An' my conscience beatin'
It's not what I want for
It's all that I need
To reach the break of day
So I run to the edge
Of the shadow of a doubt
With my conscience bleeding
Here lies the truth
The lost treasures of my youth
As I hold to the break of day
When you lost all hope an' excuses
An' the cheap skates an' the losers
Nothing's left to cling on to
Gotta hold on
Hold on to yourself
When you lost all hope an' excuses
An' the cheap skates an' the losers
Nothing's left to cling on to
Gotta hold on
Gotta hold on
Hold on
Hold on to yourself

#HoldOn
#GreenDay

Sunday, May 1, 2016

Menakar peluang MU lolos Liga Champions


Aneh rasanya membayangkan MU rebutan tiket Liga Champions dengan tim lain. 

Ketidakkonsistenan Manchester United di Liga Inggris musim ini membuat tiket Liga Champions tahun depan menjadi anugerah terindah (selain juara Piala FA tentunya) musim ini bila dapat diraih. Teranyar, MU bermain imbang 1-1 dengan LC. Walaupun menunda pesta juara Leicester City, keserian ini membuat peringkat empat semakin berat. Sebagai fans MU, kami tak terlalu peduli siapa juara Liga Inggris musim ini karena MU sudah pasti gagal juara. Kami hanya mau MU bisa bermain di Liga Champions Eropa musim depan, yang mana minimal posisi keempat harus diraih.



Namun demikian melihat klasemen sementara, sedikit keajaiban dan takdir Tuhanlah yang membuat MU bisa meraihnya. Sisa tiga laga terakhir menentukan segalanya. Pun kalau menang semua, poin MU adalah 69. Dengan asumsi Manchester City dan Arsenal kalah di semua laga terakhirnya, MU bisa bercokol di 4 besar. City 64 poin, Arsenal 67 poin. Masih mungkin bukan?

Mari kita hitung-hitungan peluang MU lolos 4 besar. Anggaplah City menang lawan Southampton malam ini sehingga poinnya jadi 67 (padahal Southampton sudah unggul 2-1 di babak pertama ini). Anggaplah Leicester juara dan Tottenham tetap runner up. Anggaplah MU menang terus.

Dua laga terakhir City dan Arsenal adalah:
City vs Arsenal (Home). Anggaplah City kalah karena fokus di Semifinal Liga Champions, dan Arsenal mati-matian memanfaatkan situasi lengahnya City. Tapi prediksi saya adalah seri sehingga sama-sama memiliki 68 poin.

City vs Swansea (Away). Anggaplah City kalah karena gugup di partai terakhir dan Swansea bermain lepas. Poin akhir City tetap 68. Kalau seri, City tetap diatas MU walaupun poin sama 69 karena unggul selisih gol.

Arsenal vs Aston Villa (Home). Anggaplah Arsenal menang karena Aston Villa sudah pasti degradasi, main segan mengalah tak mau. Perlawanan seperti apa yang diharapkan dari tim yang tidak ada harapan? Arsenal menang adalah hasil yang realistis, walaupun fans MU ngarep Arsenal terpeleset. Jika menang, poin akhir Arsenal adalah 71. Kalau seri, poin akhirnya 69 sama seperti MU, namun unggul selisih gol.

Jadi kesimpulannya, MU masih berpeluang berakhir di 4 besar dan main di Liga Champions tahun depan asal menang terus dan tim lain kalah terus. Laga krusial antara Arsenal vs City adalah kuncinya, siapa yang kalah berpeluang disalip MU di laga terakhir. #GGMU

Tuesday, March 1, 2016

Seragam putih PNS


Hari Rabu ini adalah hari pertama PNS memakai seragam kemeja putih. 
Pekan sebelumnya, seragam putih PNS dipakai pada hari Kamis. 
Semoga PNS kita makin keren, bukannya tambah kere.

Memakai kemeja putih dengan bawahan hitam? Saya teringat dengan seragam maba (mahasiswa baru), seragam sales door to door, dan pakaian saat "ujian meja". Pakaian dengan tampilan yang sangat sederhana, seakan tiada sekat ketimpangan sosial bagi pemakainya. Coba saja perhatikan maba, tak ada bedanya maba yang cantik dengan yang ancur, yang kaya dengan yang miskin. Begitupula dengan sales, berseragam putih membuat mereka tampak bersih dan rapi.

Sebenarnya kemeja putih (apalagi yang berlengan panjang) adalah kostum yang paling saya hindari. Perut saya semakin kelihatan buncit dengan memakai kemeja putih. Baju putih juga cepat kotor dengan daki dari seluruh badan atau debu dari jalanan. Dengan memakai baju putih, alamat penampilan saya jadi kurang menarik alias tidak keren. Saya jadi kurang pede menjalani hari dengan kemeja putih, serba hati-hati, takut bajunya kotor. Makanya saat ujian skripsi kemarin, saya menutup baju putih yang saya pakai dengan jaket sweater. Bukannya karena takut kotor, saya cuma berusaha menutupi tampilan baju yang kebesaran, maklum baju pinjaman. Hehehe.

Setelah anti baju putih, saya kembali harus berinteraksi dengan baju putih. Namanya juga jodoh, malang tak dapat diraih, untung tak dapat ditolak (eh kebalik kayaknya). Aparatur Sipil Negara (PNS, tenaga kontrak, tenaga magang, maupun tenaga sukarela) diwajibkan memakai seragam putih. Galaunya, kalau beberapa pekan kemarin kemeja putih dipakai pada hari Kamis, mulai pekan ini kemeja putih dipakai di hari Rabu.

Aturan mengenai penggunaan seragam putih tersebut tertuang dalam aturan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengenai seragam dinas untuk Pegawai Negeri Sipil dan Pemerintah Daerah. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) 6/2016 disebutkan pada Senin–Selasa pakaian dinas krem; Rabu kemeja putih; dan Kamis–Jumat menggunakan batik. Sebagai aparat sipil yang baik dan tidak sombong, saya "terpaksa" mengikuti aturan ini. Bisa dipastikan penampakan saya semakin gempal dengan perut membusung ke depan ketika berbaju putih.



Jadilah untuk sementara ini saya memakai baju putih bekas sisa ujian tesis dan wisuda. Ukurannya semakin mengecil (atau badan saya yang membesar?), dengan model ketat jankis membalut tubuh, terutama perut ini. Kadang saya mesti menahan nafas ketika memakai baju ini, biar perut tampak sedikit ramping dan tidak malu-maluin. Terpaksa saya pakai karena belum ada sisa dana untuk menjahit baju putih baru atau membeli jadi di toko terdekat. Uangnya masih dipakai membeli susu buat si kecil yang harganya semakin tinggi ini. Susu naik tinggi, baju putih tak terbeli. Orang pintar tarik subsidi buat aturan, bayi kami kurang gizi kami tak keren lagi.

Selain penampakan baju putih di tubuh saya tidak keren, saya batin, apa gunanya memakai baju putih? Apakah dengan memakai baju putih pekerjaan cepat selesai dan pelayanan pada masyarakat meningkat? Belum ada penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Mungkin nanti ada mahasiswa manajemen SDM mengambil penelitian dengan judul "Hubungan seragam putih PNS dengan peningkatan kinerja" atau "Pengaruh seragam yang beragam dengan pelayanan prima PNS", atau.... ahsudahlah..

Namun Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo mengatakan adanya seragam warna putih karena putih mencerminkan kebersihan, putih itu bersih. Konon pula Kemendagri menerjemahkan kehendak Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal revolusi mental, yang salah satu caranya dengan memberikan simbol pada pakaian. Dipilihnya seragam berwarna putih untuk mencitrakan aparatur yang bersih dan berprinsip untuk melayani masyarakat. Dengan seragam tersebut, diharapkan menjadi awal perubahan pola pikir (mindset) PNS dalam hal pelayanan masyarakat sesuai dengan nawacita pemerintah saat ini.Yoweslah. Seumur-umur saya tak pernah membayangkan PNS memakai seragam putih, saya hanya membayangkan tenaga kontrak dan honorer memakai seragam putih-hitam, konon untuk membedakannya dengan PNS yang berpakaian dinas Linmas dan Krem.


Namun tak sedikit pihak yang menduga ada kepentingan tertentu di balik aturan seragam kemeja putih bagi ASN. Mereka curiga (ahh... hari gini masih curigaan? move on broh!!) bahwa ada motif tertentu di baliknya dan dipandang hanya keputusan elit politik di pusat, dan kaitan kemeja putih dengan Presiden Joko Widodo. Kemeja putih identik dengan Jokowi, khususnya saat kampanye pemilihan presiden beberapa waktu lalu. Kecurigaan berlebihan sebagai kampanye terselubung. Aturan ini tidak menyentuh hal substantif dan kurang kerjaan. Menurut mereka (dan saya aminkan juga), indikator kinerja PNS bukan berdasarkan seragamnya, melainkan dari bagaimana mereka menjalankan tugas pokok dan fungsinya.Mestinya PNS harusnya lebih didorong produktivitasnya. 

Ah sudahlah, nasi sudah jadi bubur, seragam PNS sudah berwarna putih. Saatnya mengumpulkan modal untuk menjahit atau membeli baju baru. Semoga saja pemerintah dibawah pusat mau dan bisa menganggarkan kemeja putih bagi ASN ini, biar warna putih dan modelnya bisa seragam. Tidak seperti sekarang ini yang memakai jenis kain putih berbeda, atau lengannya yang tidak seragam (ada lengan panjang seperti Jokowi, ada lengan pendek seperti JK), atau model kantong baju yang berbeda. Semoga saya bisa sedikit lebih keren dengan kemeja putih. *tampar perut, *tahan nafas.

Gambar: google, Republika