Monday, November 6, 2017

#SepedaMalas goes to Kuri Caddi



Matahari sudah menyembul sedikit di atas bukit, saya mengayuh sepeda dengan setengah semangat ke negeri antah berantah, Kuri Caddi.

Saya belum pernah sekalipun ke Kuri Caddi, namun foto-foto di Google Maps begitu menggoda untuk di jelajahi. Saya paham, kadang (kalau tak dibilang selalu) foto-foto di Google Maps (dan socmed secara umum) hanyalah foto-foto terbaik yang dipamerkan. Yah, narsis memang harus memamerkan yang baik-baik saja, biar kelihatan bahagia, bukan?



Selain paham soal betapa menyesatkannya foto-foto socmed, saya memang lagi mau gowes, mumpung hari libur, sendirian pula. Kalau sebelumnya saya gowes ke daerah pelabuhan perikanan Untia (PPI Untia) di Salodong sana, saya mau merasakan hal baru, walaupun google maps bilang Pantai Kuri Caddi itu jauh. Kalau PPI Untia sekitar 5 kilometer dari rumah, itupun saya pulang kesiangan sambil ngos-ngosan. Google Maps bilang jarak Pantai Kuri Caddi 15 kilometer dari rumah, atau tiga kali lipat PPI Untia! Saya bisa pulang kesorean, dan pingsan sebelum sampai rumah. Namun tekad sudah bulat, pagi itu saya tetap mengayuh sepeda dengan tujuan Pantai Kuri Caddi. Rencananya, pun kalau jam 7 pagi saya belum sampai, setang sepeda akan saya arahkan pulang.





Sekilometer dari rumah, saya sudah ngos-ngosan, kecepatan sepeda seperti orang berjalan saja. Maklum tak pernah olahraga, stamina tak terjaga. Di pinggir jalan tol, saya mengambil jalan pintas di kompleks pergudangan 88, jalan pintas yang belum pernah saya lalui juga. GMaps bilang jalur ini bisa memangkas perjalanan sejauh satu kilometer, lumayan. Bermodal GMaps ponsel, saya memberanikan diri menembus rimba gudang Makassar tersebut. Sampai di daerah Pattene, baru jam setengah tujuh. Saya lanjutkan gowes, lewat jalan beton dan aspal dua desa di Kecamatan Marusu. Tak terasa sudah jam 7, saya tiba di Desa Nisombalia, baru separuh jalan, prinsip “balik saat jam tujuh” tak berlaku lagi, berganti “sekali mengayuh sepeda, pantang setir mengarah pulang”.



Sampai di Kuri Lompo, saya sempat tersesat, ternyata Pantai Kuri Caddi mesti masuk gerbang dari seng yang saya pikir halaman rumah orang. Selain itu, jalan tanah dan berbatu jadi penggoyah semangat. Sempat singgah berpikir keras lanjut atau tidak. Saya khawatir ban pecah, digigit komodo (kadal besar), dibegal, atau diseruduk sapi. Namun tekad kembali kuat saat sepasang muda-mudi lewat naik motor setengah besar menghalau sapi yang memandangi saya dengan tatapan penuh nafsu, seakan baru melihat pangeran tampan naik sepeda.

Dengan ilmu meringankan tubuh, saya gowes melalui jalan ancoer tersebut. Sunyi, sepi sepanjang jalan. Saya menenangkan diri dengan mendengar musik lewat earphone. Hanya biawak besar yang saya sempat lihat melintas, untung dia kehilangan birahi saat saya lewat. Dua orang tua penduduk setempat yang lagi bergaul di tepi empang kemudian menegur dengan ramah. “Kemana Pak?”, saya jawab dengan was-was “Kuri Caddi Pak”. “Oh, lewat saja, masih jauh memutar”. Konon orang desa bilang “dekat”, itu berarti “dekat dikali dua” bagi orang kota. Lah ini bilang “jauh”, mati awak. Tapi saya masih percaya GMaps, tak ada signal modem Andromax, beruntung ada versi GMaps offline, saya keker jarak masih ada sekitar 700 meter. Entah berapa jembatan kayu rusak yang terlewati hingga akhirnya tiba di Pantai Kuri Caddi. Di Pantai Kuri Caddi, disambut dengan hangat oleh sapi-sapi yang lagi sarapan.


Kesan pertama saat tiba di Pantai Kuri Caddi hampir sama lah dengan yang di foto-foto socmed, lumayan indah. Salah dua ikon yang sering saya lihat di foto-foto orang adalah rumah kayu di bawah pohon yang berada di tepi pantai. Rumah singgah ini sudah tak terawat, sementara pantai lumayan bersih dengan pasir coklat. Pantainya berbentuk cekungan sehingga tak ada ombak yang menerpa pantai.





Ada beberapa anak yang mencari kerang dipinggir pantai. Tak berapa lama, ada juga dua goweser yang datang. Dengan sepeda gunung keren dan berhelm, mereka berfoto-foto juga. Sempat berkenalan, mereka baru pertama kali juga ke Kuri Caddi, mungkin gara-gara socmed juga. Mereka dari jalan Teuku Umar. Yu know dimana Teuku Umar? Dua kali jarak rumah saya! Mungkin saya memilih tidur di rumah daripada menempuh jarak sejauh itu. Mereka berdua dari komunitas sepeda UPBC, Ujung Pandang Bike Community. Ingin rasanya ikut komunitas sepeda juga, tapi yakinlah saja saya takkan pernah ngumpul. Saya memilih jadi pesepeda solo, pesepeda malas.

Setelah puas berkeliling dan berfoto, saya beli minum di warung yang ada disana. Sebagai pesepada malas, saya malas membawa bekal air minum dari rumah. Hanya orang-orang lemah yang membawa bekal air minum dari rumah. Hahahaha.. Yang punya warung ibu setengah baya yang sangat ramah. Kalau biasanya saya dipanggil “Pak” melihat perut yang membengkak ini, kali ini saya dipanggil “Nak”, sungguh saya kembali merasa muda beberapa detik. Setelah melepas dahaga, saya sempatkan ke kampung nelayan di Kuri Caddi. Seperti penampakan kampung nelayan kebanyakan, kampung ini terkesan “tak tertata” kalau tak mau dibilang jorok. Sampah dimana-mana, bukan sampah masyarakat, tapi mungkin sampah bawaan dari tengah laut.


Di beberapa bagian kampung, terutama antara lokasi wisata Pantai dengan kampung nelayan banyak kuburan, yang membuat suasana mistis dan sedikit angker. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Setelah puas berkeliling, saya membulatkan tekad untuk pulang, melewati jalan ancoer dan berliku kembali. Semoga sehat selamat pulang ke rumah.


Tuesday, October 31, 2017

The Grouch



I was a young boy that had big plans
Now I'm just another shitty old man
I don't have fun and I hate everything
The world owes me, so fuck you
Glory days don't
Mean shit to me
I drank a six pack of apathy
Life's a bitch and so am I
The world owes me, so fuck you
Wasted youth and a fistful of ideals
I had a young and optimistic point of view
Wasted youth and a fistful of ideals
I had a young and optimistic point of view
I've decomposed, yet my gut's getting fat
Oh my god I'm turning out like my dad
I'm always rude
I've got a bad attitude
The world owes me, so fuck you
The wife's a nag and the kid's fucking up
I don't have sex 'cause I can't get it up
I'm just a grouch sitting on the couch
The world owes me, so fuck you




Penulis lagu: Billie Joe Armstrong / Frank E. / Iii Wright / Frank Edwin Wright Iii / Michael Pritchard / Mike Dirnt / Mike Ryan Pritchard / Tre Cool
Lirik The Grouch © Warner/Chappell Music, Inc

Tuesday, September 12, 2017

Tips Trik Ludo Star

 

Belakangan ini kami gandrung bermain game online, Ludo. Ya, Ludo! Boardgame sederhana ini entah mengapa jadi candu saat berevolusi menjadi game online. Padahal banyak game online lain yang sebenarnya lebih futuristis, tengoklah COC atau Hayday yang lebih dulu saya mainkan, lalu tinggalkan. Entahlah, kadang game sederhana bisa jadi candu, masih ingat dengan Flappy Bird

Permainan ludo adalah permainan masa kecil saya, sekitar tahun 90-an saat game online belum lahir. Interaksi sosial saat itu masih giat-giatnya, maklum kita harus saling bertemu langsung untuk bermain  bersama. Bisa dibayangkan keseruan saat main Ludo offline, saling menendang, ada yang main curang, atau membodoh-bodohi lawan dengan peraturan dadakan demi satu tujuan, kemenangan! Intensitas ngeLudo meningkat saat bulan puasa tiba, main Ludo sama sepupu-sepupu sambil ngabuburit. Sungguh seru bukan?!


Kembali ke Ludo online, awalnya kami main Ludo King, namun karena kurang interaktif belakangan kami main Ludo Star. Ludo Star lebih interaktif, para pemain dapat berinteraksi dengan saling menulis chat yang tidak didapati di Ludo King. Awalnya kebanyakan pemain Ludo King berasal dari India dan Pakistan, mungkin karena asal-muasal permainan Ludo dari permainan Pachisi di India. 

 
 Trik mendapat dadu 6

Aturan permainan di versi online tentu saja sudah baku, tidak ada yang bisa bermain curang. Kecuali mungkin dadu yang keluar hasil acakan komputer yang bisa saja berpihak ke salah satu pemain. Berbeda dengan versi offline yang memang mengandalkan keberuntungan kocokan dadu. Sebagai contoh di Ludo Star, ada trik untuk mendapatkan angka dadu 6 dengan menekan tombol kocok dadu selama 1 detik peluang mendapatkan angka dadu 6 bisa mencapai 70%, ini berdasarkan pengalaman saya. Kalau ingin mendapatkan angka dadu 1, tekan tombol kocok dadu selama 3 detik, demikian juga dengan angka-angka dadu yang lain bisa dipelajari berdasarkan pengalaman. 

Penggunaan Gems 

Yang menjadi permasalahan adalah adanya sistem penggunaan gems, dadu bisa diubah dengan membayar sejumlah gems, satu kali permainan bisa menggunakan gems sebanyak 5 kali (belakangan 7 kali) dengan tingkatan penggunaan gems berdasarkan deret ukur, penggunaan gems pertama adalah 2, selanjutnya 6, kemudian meningkat lagi hingga batas 7 kali penggunaan gems. Gems ini bisa didapatkan dengan membeli langsung, atau memenangkan kejuaraan Liga, atau diberikan oleh teman lewat Facebook. Bisa dibanyangkan bagaimana timpangnya permainan antara si kaya dengan si miskin, para pemenang adalah yang memiliki banyak gems, kasihanlah saya yang tak memiliki Facebook. 

 
Taruhan dan Variasi permainan
 
Mungkin selain karena interaktif, ada unsur “judi” di permainan Ludo online. Para pemain harus memasang taruhan untuk dapat memulai permainan. Taruhannya pun berbentuk “koin virtual” disebut gold. Pemenang akan mendapatkan seluruh taruhan yang dipasang pemain lain. Lama kelamaan taruhan akan semakin banyak, nah mungkin disitulah letak candunya. Para pemain yang kalah akan terus bermain dan memasang taruhan, niat awalnya hingga gold modalnya kembali, namun keterusan hingga niatnya meningkat menjadi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Awalnya saya susah payah mengumpulkan gold dengan menonton iklan yang berupah 2,5 K, sangat berat karena hasil keringat tersebut terus tergerus karena kalah.secara beruntun. 

Liga Ludo Star 

Agar tak ngambek, saya sempat “diberi” gold oleh Sar dengan bermain privat dan Sar mengalah, begitulah modus operandi transfer gold. Sempat mencapai angka 3 M, gold saya kembali terjun ke titik terendah 5 K. Mari kerja keras lagi. Sempat saya googling tentang permainan Ludo ini, katanya ada hadist yang mengharamkan Ludo, catur, dan permainan papan lainnya, termasuk permainan onlinenya karena dekat dengan unsur judi dan melalaikan beribadah mengingat Allah. Akankah main Ludo saya kurangi atau malah berhenti? Entahlah. Selain anggapan haram tersebut, sisi negatif bermain Ludo adalah menguras baterei ponsel, ponsel cepat panas, bisa jadi merusak ponsel. Sisi baiknya? Karena keseringan bermain sebagai tim, kami bisa saling berinteraksi di sela-sela kesibukan masing-masing.

Monday, July 3, 2017

Bebek Nasu Palekko Paling Enak



Dimana tempat makan bebek nasu palekko paling enak di dunia? Pertanyaan ini akan terjawab jika anda bertanya pada orang Pinrang, tempat asal muasal masakan bebek palekko. Karena penasaran, saat libur lebaran di Parepare kami sengaja ke Pinrang, mencari nasupalekko yang katanya paling enak sedunia. Tempatnya? Temukan lampu merah pertama saat masuk kota Pinrang, belok kanan hingga jembatan. Di sebelah kanan ramai mobil mengantri, konon kalau tidak pesan sebelumnya bisa 3 jam menunggu antrian. Malas mengantri, kami melewatkan tempat ini, di pertigaan belok kanan dan ditemukanlah warung dimaksud. Konon ini "hanyalah" bebek nasupalekko nomor dua terenak sedunia. Setelah mencoba, memang sangat enak.





Walaupun katanya bukan yang paling enak, saya rasa inilah bebek nasupalekko paling enak yang pernah saya makan. Bumbunya jauh berbeda dengan warung-warung yang ada di Makassar. Mungkin karena segar, bebeknya baru dipotong dan dimasak. Mungkin itu pulalah yang membuat pelanggan lama mengantri menunggu masakan tuntas dimasak. Beruntung, bunda Ulan punya teman orang Pinrang sehingga bisa pesan tempat walaupun sudah terlambat. Konon kalau mau enak makan di tempat yang katanya paling enak tadi mesti pesan tempat minimal sehari sebelumnya, saking banyaknya yang pesan. Namun walaupun enak, tak ada artinya kalau perut sudah lapar sangat baru diisi, apapun makanannya pasti akan terasa enak.



Namanya warung Arafah, dengan konsep lesehan di beberapa gazebo yang tersedia. Uniknya, gazebo ini berdiri di atas danau sehingga terkesan mengapung dengan semilir angin dari hamparan sawah. Selain itu, bebek/itik dibiarkan berenang di dekat warung, menambah suasana syahdu makan bebek. Entah berapa bebek yang berenang, banyak! Teringat film Chicken Run (saya bayangkan Duck Run) yang menunggu antrian disantap, tempat dimakannya pun sangat dekat dengan bebek yang masih hidup. Selain bebek ada beberapa menu yang lain. Namun karena tujuannya makan bebek, maka kami hanya memesan bebek nasupalekko. Berempat orang dewasa, kami makan tiga ekor bebek harga 70ribu per ekor. Alhamdulillah kenyang enak.


Sunday, July 2, 2017

Libur Lebaran di Bili-bili




Wisata kuliner di Bili-bili adalah salah satu opsi tempat liburan lebaran keluarga yang bisa jadi pilihan. Menurut Googlemaps, Bili-bili berjarak 22 kilometer yang dapat ditempuh dengan mobil selama 43 menit dari Jl. Hertasning Baru, perbatasan Makassar Gowa. Menu favorit di Bili-bili adalah ikan air tawar seperti ikan Nila (bakar atau goreng) dari beberapa warung makan disana. Sebenarnya rasa ikan di semua warung adalah sama saja, yang membedakan adalah racikan sambelnya. Saya lupa nama warungnya, tapi telah ada warung langganan kami yang selalu ramai pengunjung. Letaknya sekitar warung ketiga dari ujung jalan. Masakannya enak, murah, meriah, tahun ini harganya 40ribu perorang.






Kami mendapatkan warung ini setelah sebelumnya dikecewakan oleh "warung abal-abal". Awalnya kami ke wiskul Bili-bili langsung pergi saja tanpa tanya saran orang yang sudah pernah kesana. Kami langsung masuki sembarang warung yang menawarkan tempat parkir. Kami seperti dibodoh-bodohi dengan masakan tidak enak dan mahal. Saat itu Papaboss yang nraktir membayar lebih sejuta untuk 10an orang. Karena kekecewa, ketemulah warung murah meriah enak yang sampai saat ini jadi langganan kami. Namun saran saya, sebelum ke Bili-bili, hubungi pemilik warung terlebih dahulu untuk reservasi tempat apalagi di masa liburan, pasti tempat penuh. Tahun ini kami pun kehabisan tempat dan "dialihkan" ke warung sebelah.




Selain wisata kuliner, suasana di Bili-bili sangat tenang, damai, dan asri. Pemandangan bendungan seperti danau dengan semilir angin sepoi-sepoi membuat pikiran tenang, dilupai utang. Anda dapat bercengkrama dengan santai bersama keluarga sambil memancing ikan. Kail dapat disewa di beberapa warung. Selain makan sambil memancing, saat ini ada perahu bebek-bebek yang disewakan keliling pulau kecil di tengah danau. Anak-anak pasti sangat senang naik perahu bebek-bebek ini. Dengan tarif 20ribu per orang sekali jalan, lumayanlah bisa membahagiakan si kecil. Tak terhitung sudah berapa kali saya ke Bili-bili, pertama kali bersama mantan pacar dengan motor, selanjutnya bersama keluarga. Enaknya sih kalau anugra, anu gratis.


Friday, June 2, 2017

Dengvaxia, Vaksin Dengue Harapan Rakyat



Kabar gembira untuk kita semua,
Vaksin dengue kini sudah tersedia... 
*nyanyinyanyinyinyir*

Vaksin dengue memang konon sudah ada sejak tahun lalu, namun penampakannya baru saya lihat kemarin, walaupun masih dalam bentuk brosur. Vaksin dengue hadir dalam brand DENGVAXIA, produksi dari Sanofi Pasteur. Mau lihat bentuk vaksinnya? Googlinglah, jangan malas!


Indonesia adalah negara beriklim tropis yang endemik DBD. Dalam artian, penyakit DBD telah "menetap" di Indonesia, setiap tahun bahkan setiap bulan penyakit ini pasti ada. Ini terkait vektor DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpitus yang memang telah "menetap" di Indonesia, bergaul dengan rakyat Indonesia. Insiden DBD akan meningkat, lucu-lucunya saat musim penghujan tiba. Dimasa inilah tempat perindukan nyamuk berupa genangan air bertambah, dibarengi keogahan masyarakat bersih-bersih, ya sudahlah.



Hal yang penting dalam penanggulangan DBD adalah pengendalian vektor nyamuk dan kebersihan lingkungan. Strategi pencegahan DBD pada rumah tangga sejak jaman baheula namun kurang digubris dikenal dengan istilah 3M (menguras, menutup, dan mendaur ulang) Plus menghindari gigitan nyamuk dengan berbagai cara. Ribet bukan? Ribetnya itu pada masyarakat sendiri yang kebanyakan ndableg tak mau tahu jika belum ada keluarganya yang kena DBD.  Selain itu ada penanggulangan yang populer namun tidak terlalu efektif, yaitu fogging (pengasapan) yang hanya untuk membasmi nyamuk dewasa bukan jentik. Masyarakat kebanyakan menganggap kalau sudah di fogging, aman sudah. Padahal jentik nyamuk akan segera jadi nyamuk bila dibiarkan.




Belum lagi kita dihadapkan transmisi virus yang cukup melalui telur nyamuk saja (transovarial), sehingga penyakit DBD kekinian tidak harus membutuhkan nyamuk dan penderita dengue untuk menyebarkan virus dengue pada penderita baru. Cukup telur nyamuk sudah mengandung dengue virus, apabila telur ini jadi nyamuk, maka nyamuk tersebut sudah otomatis membawa virus dengue.

Pada beberapa pasien, demam dengue dapat berubah menjadi satu dari dua bentuk yang mengancam jiwa. Yang pertama adalah demam berdarah (DHF, Dengue Haemorragic Fever), yang menyebabkan pendarahan, kebocoran pembuluh darah (saluran yang mengalirkan darah), dan rendahnya tingkat trombosit darah (yang menyebabkan darah membeku). Yang kedua adalah sindrom renjat dengue (DSS, Dengue Shock Syndrome), yang menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya. Kematian akibat DBD adalah karena syok dan perdarahan berat yang terlambat ditangani.

Terdapat empat jenis virus dengue, DENV 1, DENV 2, DENV 3, dan DENV 4. Apabila seseorang telah terinfeksi satu jenis virus, biasanya dia menjadi kebal terhadap jenis tersebut seumur hidupnya. Namun, dia hanya akan terlindung dari tiga jenis virus lainnya dalam waktu singkat. Jika kemudian dia terkena satu dari tiga jenis virus tersebut, dia mungkin akan mengalami masalah yang serius. Inilah juga yang awalnya membuat pengembangan vaksin dengue memakan waktu yang lama. Vaksin yang dikembangkan ini harus dapat melindungi diri dari keempat strain virus dengue. Riset vaksin dengue oleh Sanofi Pasteur sudah dilakukan sejak 20 tahun lalu. Penelitian ini berlangsung lama karena bagian-bagian virus ini sangat rumit. Virus dengue memiliki empat strain, tidak seperti virus polio atau cacar. Jika seseorang terinfeksi lebih dari satu tipe virus dengue, ada peluang lebih besar terjadinya komplikasi yang lebih berat, sehingga menyebabkan perawatan lebih lama di rumah sakit atau kematian.

Hasil laporan efek samping dari vaksin ini hanyalah efek samping ringan seperti pusing, nyeri kepala, atau demam ringan. Tidak dilaporkan efek samping yang lebih berat. Untuk program vaksin ini tergantung dari kebutuhan negara masing-masing dan tergantung pengaturan biaya pengeluaran dari negara masing-masing. Karena tidak mungkin jika suatu negara sudah membeli vaksin ini dan memasukkan program vaksin dengue, tetapi beberapa tahun kemudian berhenti karena keterbatasan biaya.

Indonesia dan beberapa negara lainnya di Asia Tenggara dan Amerika Selatan berpartisipasi dalam riset atau uji klinis vaksin dengue ini. Penemuan vaksin Dengue dianggap sebagai salah satu pencapaian historis dalam sejarah vaksinologi dan diyakini akan menurunkan angka kejadian demam Dengue/demam berdarah Dengue. Di awal tahun 2016, Dengvaxia resmi beredar di Mexico dan menyusul beberapa negara lain, seperti Filipina, El Savador dan Brazil. Pada bulan September 2016 BPOM telah memberi persetujuan dan izin edar Dengvaxia di Indonesia.

Vaksin ini untuk mencegah DBD pada pasien dengan usia 9-45 tahun di daerah endemik dan akan diberikan dalam tiga dosis selama periode satu tahun (0-6-12 bulan).

Konon vaksin DBD ini juga akan dimasukkan ke dalam program imunisasi dasar, seperti BCG, DPT, polio, tetanus, hepatitis, dan lainnya. Dengan beredarnya vaksin dengue, bertambah pula upaya pencegahan dan penanggulangan DBD. Sungguh Dengvaxia jadi harapan rakyat, semoga lancar dan bukan PHP.


Wednesday, May 31, 2017

Pancasila Lahir, Kita Libur


Andai Hari Kesaktian Pancasila libur juga,
Niscaya bertambah (lagi) hari libur kita. Mau?

Hingga hari ini saya tak tahu dan tak mau tahu hari lahir Pancasila, mungkin demikian juga dengan kebanyakan orang Indonesia. Hari lahir Pancasila hanya beberapakali terdengar sepintaslalu saat pelajaran sejarah semasa sekolah dulu. Mungkin kebanyakan orang tahunya hari Pancasila jatuh pada tanggal 1 Oktober, yang  dikenal juga sebagai hari kesaktian Pancasila. Sebagian menduga dan mengira hari Kesaktian Pancasila adalah hari lahir Pancasila, padahal tidak, beda soal.

Hari Lahir Pancasila adalah hari dimana Pancasila pertama kali diperdengarkan kepada umum. Pada saat tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengusulkan nama dasar negara kita dengan nama Pancasila. Sedangkan Hari Kesaktian Pancasila adalah hari dimana Pancasila dianggap sebagai dasar negara yang tak tergantikan dan berhubungan dengan kasus G 30 S/PKI.



Hari lahirnya Pancasila, yakni 1 Juni ditetapkan sebagai libur nasional dan mulai berlaku 1 Juni 2017 ini. Libur nasional tersebut ditetapkan melalui Keputusan Presiden No 24/2016. Keppres tentang Libur Nasional Hari Lahirnya Pancasila ditandatangani Presiden Jokowi saat peringatan Hari Lahirnya Pancasila tahun lalu. Libur nasional yang tentu saya sambut dengan sukacita. Keppres ini diterbitkan dengan pertimbangan bahwa Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara Republik Indonesia harus diketahui asal usulnya oleh bangsa Indonesia dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi, sehingga kelestarian dan kelanggengan Pancasila senantiasa diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Berdasarkan sejarah, ada tiga rumusan dasar negara yang dinamakan Pancasila, yaitu rumusan konsep Ir. Soekarno yang dibacakan pada pidato tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI, rumusan oleh Panitia Sembilan dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, dan rumusan pada Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 yang disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian, rangkaian dokumen sejarah yang bermula dari 1 Juni 1945, 22 Juni 1945, hingga teks final 18 Agustus 1945 itu, dapat dimaknai sebagai satu kesatuan dalam proses kelahiran falsafah negara Pancasila.

Sebagai dasar negara, memang terasa riskan jika Pancasila tidak dikenal oleh warga negaranya dan tidak dihiraukan oleh generasi penerus bangsa. Saya kadang mbatin kalau ada anak sekolah tidak hafal sila-sila Pancasila. Generasi lama malah hafal butir-butir Pancasila sebagai penjabaran pengamalan lima sila Pancasila. Saya masih ingat hukuman dari guru dipermalukan berdiri di depan kelas jika tidak hafal butir-butir pengamalan Pancasila. Makanya jangankan lima sila Pancasila, 36 butir Pancasila malah kami hafal walaupun terpaksa dan tidak di luar kepala.

Belum lagi soal lagu Garuda Pancasila yang saya yakin anak sekolah sekarang tak banyak yang hafal. Dulu setiap malam TVRI memutar lagu Garuda Pancasila, saya lupa jam berapa yang jelas kalau lagu itu diputar, berarti sudah malam dan waktunya anak-anak tidur. Sekarang? Entah berapa channel tv nasional swasta selain TVRI. Tak seperti dulu yang ada hanya TVRI, tak ada pilihan lain. Jadi anak-anak sekarang lebih hafal dialog sinetron atau lagu-lagu punya Piterpen dibanding lagu-lagu perjuangan dan kebangsaan.

Mungkin itulah tujuan diliburkannya hari kelahiran Pancasila hari ini, agar kita (yang diuntungkan) dengan hari libur ini jadi tahu, minimal mengingat-ingat kalau hari lahir dasar negara Republik kita ini jatuh pada hari libur. Saya kadang abai dengan tanggal merah. Yang penting libur, perkara itu libur karena bertepatan dengan hari apa tak saya ambil soal. Masalahnya kemudian, hari libur hari ini diwajibkan mengikuti upacara bendera. Jadilah saya cari tahu upacara apa gerangan sampai hari libur mesti wajib upacara. Saya membayangkan anak sekolah yang libur hari ini dan tak juga upacara, tapi ke mall, mana mereka mau tahu mereka libur karena perkara apa.

Andai tak libur upacara hari ini, mungkin saya masih tak tahu hari lahir Pancasila. Kalau boleh usul nih ke Pak Jokowi, Hari Kesaktian Pancasila libur juga dong. Anak sekolah upacara juga dong...