Sunday, May 25, 2014

Pilihan Sulit Menitipkan Bayi

Menitipkan buah hati adalah pilihan sulit dan sangat menyakitkan. Mungkin kebanyakan dari kita --orang tua-- yang hidup di zaman modern terpaksa melakukannya. Demi pekerjaan atau urusan "luar" yang lain, terpaksa menitipkan si anak. Beda dengan jaman dulu, anak diasuh langsung oleh ibu-bapaknya karena kebanyakan ibu tidak bekerja formal di luar rumah. Persoalan semakin pelik jika buah hati masih kecil, masih bayi atau balita, yang butuh perhatian dan pengawasan ekstra dari kedua orang tuanya. Rumit menjaga apalagi menitipkan bayi karena sang bayi belum bisa berjalan apalagi berbicara dengan fasih dan lancar. Kalau si bayi tidak dipedulikan atau bahkan disakiti (oleh penjaganya), dia belum mampu melaporkan kepada ayah-bundanya, pasti si bayi hanya bisa menangis atau mengalami trauma psikis. Yang paling mengkhawatirkan adalah jika si bayi yang super aktif diberi obat penenang oleh pengasuhnya karena pengasuh tidak mau repot menjaga si bayi. Si bayi diberi obat tidur, maka habis sudah. Kesehatan si bayi pastinya akan terganggu, kalau tidak sekarang efeknya akan terasa di masa depan. Memang sekarang ini orang tua harus pandai-pandai mengatur waktu, alih-alih menitipkan anaknya pada orang yang tepat. Jangan sampai titipan Tuhan tersebut tersia-siakan hanya karena kesibukan orang tua. Konon, status gizi anak berbanding terbalik dengan status ekonomi. Kayanya seseorang belum tentu anaknya cukup gizi. Bukan karena tak sanggup membeli makanan bergizi, namun asupan makanan bergizi tersebut tidak terpenuhi karena tidak diberikan secara telaten oleh pengasuh bayi yang bukan orang tua kandungnya.

Memang kesibukan orang tua di luar rumah seperti bekerja keras membanting tulang adalah untuk kesejahteraan dan kebahagiaan anaknya juga. Namun selalu saja orang tua lupa jika anaknya tidak akan kecil terus-menerus. Suatu saat sang anak akan tumbuh besar menjadi remaja, lalu menjadi dewasa. Saat sang anak tidak bayi lagi, sesungguhnya dia tidak menjadi milik orang tuanya lagi. Saat anak melewati masa balita, waktu sang anak akan tercurah sepernuhnya untuk bermain dan belajar dari lingkungannya seperti playgrup atau taman kanak-kanak. Di usia sekolah, sang anak sudah menjadi milik sekolah, teman, dan gurunya. Dan saat dewasa sang anak menjadi milik pasangan hidupnya, entah itu dia menjadi istri atau suami dari seseorang. Lalu kapan sesungguhnya waktu si anak untuk orang tuanya? Sesungguhnya hanyalah dimasa si anak masih bayi dan balita. Masa ketika sang anak digendong, dipeluk, dibuai, disusui, diceboki, disuap, diajak bermain, menangis, tertawa, dan ditidurkan. Lalu bagaimana jika orang tua tak punya waktu untuk bersama sang anak? Tentunya si anak jadi milik orang lain, pengasuhnya. Mungkin kakek-neneknya, pembantu, atau tempat penitipannya. Orang tua yang super sibuk harus rela kehilangan masa-masa emas menyaksikan pertumbuhan anaknya secara langsung.

Memilih untuk menitipkan anak yang masih bayi atau balita adalah pilihan yang sulit. Pun jika tersedia beberapa pilihan metode penitipan, yang paling sulit adalah memilihnya. Seperti disebutkan sebelumnya, pilihan tersebut punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pertama, menitipkan anak pada kakek-neneknya adalah hal yang paling mungkin. Hampir seluruh pasangan muda yang keduanya bekerja dan memiliki anak menitipkan anaknya pada orang tuanya, kakek-nenek sang anak. Pasti sang kakek-nenek dengan sangat senang hati menjaga cucunya. Namun bagaimana bila ada cucu-cucu yang lain? Atau kakek-nenek sudah renta yang pada dasarnya tentunya mau diperhatikan juga? Lalu siapa sebenarnya yang menjaga dan memperhatikan siapa? Kedua, dititipkan pada saudara atau keluarga, yang belum tentu ikhlas dan berkesempatan menjaga si anak. Ketiga, dititipkan pada pembantu atau asisten rumah tangga, yang bayarannya lumayan mahal, dan si anak belum tentu diperhatikan karena si pembantu punya kerjaan inti selain mengurus anak. Keempat, dititip pada non keluarga seperti tetangga, keluarganya teman, atau tempat penitipan anak. Pilihan terakhir mungkin adalah pilihan bijak yang dilakukan banyak orang tua. Walaupun agak repot karena mesti mengurus si anak di pagi hari sebelum dititipkan dan sore hari setelah dititipkan (minimal memandikan dan memberi makan), ini adalah pilihan yang adil bagi semua pihak. Orang tua tidak kehilangan kesempatan bertanggung jawab mengurus sang anak, anak pun masih tetap merasa terperhatikan.

No comments:

Post a Comment