Masuk area GDP, kami disambut loket tiket dan pemeriksaan tas di pintu masuk yang sangat ketat, seperti pemeriksaan tas di bandara dan bioskop. Haram membawa makanan dan minuman dari luar. Setelahnya, mata kemudian tertuju pada desain GDP, suasana Bali sangat terasa dengan kain kotak-kotak, payung dan sebuah patung khas Bali. Alunan musik pengiring pun bertema Bali. Saya mbatin, ini saya berada di Gowa atau di Bali? Mungkin pemilik GDP adalah orang Bali. Suasana ini jadi sangat kontras dengan waterboom lain yang lebih dahulu kesohor di tanah Makassar, Bugis Waterpark yang penamaan wahana dan suasananya sangat khas adat Bugis. Sepanjang penglihatan saya, ada 4 kolam renang besar dengan ragam permainan di GDP. Karena kesiangan, kami tunda main airnya. Mengisi perut dulu dengan nasi goreng dan minuman ala kadarnya yang dibeli di dalam area GDP. Lumayan, porsi nasi gorengnya sedikit, porsi diet. Setelah menyewa gazebo untuk berlindung dari terik matahari, kami ke taman burung yang berada di bagian belakang GDP. Terus terang, ini yang paling menarik. Untuk kali pertama saya melihat monyet Sulawesi, burung kasuari, dan burung elang secara langsung. Saya pun sempat berfoto bareng burung kakak tua yang dipandu oleh pemandu yang ramah. Setelah puas berkeliling taman burung, sisa waktu dihabiskan di kolam renang, termasuk mencoba seluncuran tinggi. Setelahnya, kami pulang membawa lelah plus bahagia, meninggalkan kisah pilu Benteng Somba Opu yang terlupakan.
Monday, June 2, 2014
Wisata Gowa Discovery Park
Masuk area GDP, kami disambut loket tiket dan pemeriksaan tas di pintu masuk yang sangat ketat, seperti pemeriksaan tas di bandara dan bioskop. Haram membawa makanan dan minuman dari luar. Setelahnya, mata kemudian tertuju pada desain GDP, suasana Bali sangat terasa dengan kain kotak-kotak, payung dan sebuah patung khas Bali. Alunan musik pengiring pun bertema Bali. Saya mbatin, ini saya berada di Gowa atau di Bali? Mungkin pemilik GDP adalah orang Bali. Suasana ini jadi sangat kontras dengan waterboom lain yang lebih dahulu kesohor di tanah Makassar, Bugis Waterpark yang penamaan wahana dan suasananya sangat khas adat Bugis. Sepanjang penglihatan saya, ada 4 kolam renang besar dengan ragam permainan di GDP. Karena kesiangan, kami tunda main airnya. Mengisi perut dulu dengan nasi goreng dan minuman ala kadarnya yang dibeli di dalam area GDP. Lumayan, porsi nasi gorengnya sedikit, porsi diet. Setelah menyewa gazebo untuk berlindung dari terik matahari, kami ke taman burung yang berada di bagian belakang GDP. Terus terang, ini yang paling menarik. Untuk kali pertama saya melihat monyet Sulawesi, burung kasuari, dan burung elang secara langsung. Saya pun sempat berfoto bareng burung kakak tua yang dipandu oleh pemandu yang ramah. Setelah puas berkeliling taman burung, sisa waktu dihabiskan di kolam renang, termasuk mencoba seluncuran tinggi. Setelahnya, kami pulang membawa lelah plus bahagia, meninggalkan kisah pilu Benteng Somba Opu yang terlupakan.
Sunday, May 25, 2014
Pilihan Sulit Menitipkan Bayi
Menitipkan buah hati adalah pilihan sulit dan sangat menyakitkan. Mungkin kebanyakan dari kita --orang tua-- yang hidup di zaman modern terpaksa melakukannya. Demi pekerjaan atau urusan "luar" yang lain, terpaksa menitipkan si anak. Beda dengan jaman dulu, anak diasuh langsung oleh ibu-bapaknya karena kebanyakan ibu tidak bekerja formal di luar rumah. Persoalan semakin pelik jika buah hati masih kecil, masih bayi atau balita, yang butuh perhatian dan pengawasan ekstra dari kedua orang tuanya. Rumit menjaga apalagi menitipkan bayi karena sang bayi belum bisa berjalan apalagi berbicara dengan fasih dan lancar. Kalau si bayi tidak dipedulikan atau bahkan disakiti (oleh penjaganya), dia belum mampu melaporkan kepada ayah-bundanya, pasti si bayi hanya bisa menangis atau mengalami trauma psikis. Yang paling mengkhawatirkan adalah jika si bayi yang super aktif diberi obat penenang oleh pengasuhnya karena pengasuh tidak mau repot menjaga si bayi. Si bayi diberi obat tidur, maka habis sudah. Kesehatan si bayi pastinya akan terganggu, kalau tidak sekarang efeknya akan terasa di masa depan. Memang sekarang ini orang tua harus pandai-pandai mengatur waktu, alih-alih menitipkan anaknya pada orang yang tepat. Jangan sampai titipan Tuhan tersebut tersia-siakan hanya karena kesibukan orang tua. Konon, status gizi anak berbanding terbalik dengan status ekonomi. Kayanya seseorang belum tentu anaknya cukup gizi. Bukan karena tak sanggup membeli makanan bergizi, namun asupan makanan bergizi tersebut tidak terpenuhi karena tidak diberikan secara telaten oleh pengasuh bayi yang bukan orang tua kandungnya.
Memang kesibukan orang tua di luar rumah seperti bekerja keras membanting tulang adalah untuk kesejahteraan dan kebahagiaan anaknya juga. Namun selalu saja orang tua lupa jika anaknya tidak akan kecil terus-menerus. Suatu saat sang anak akan tumbuh besar menjadi remaja, lalu menjadi dewasa. Saat sang anak tidak bayi lagi, sesungguhnya dia tidak menjadi milik orang tuanya lagi. Saat anak melewati masa balita, waktu sang anak akan tercurah sepernuhnya untuk bermain dan belajar dari lingkungannya seperti playgrup atau taman kanak-kanak. Di usia sekolah, sang anak sudah menjadi milik sekolah, teman, dan gurunya. Dan saat dewasa sang anak menjadi milik pasangan hidupnya, entah itu dia menjadi istri atau suami dari seseorang. Lalu kapan sesungguhnya waktu si anak untuk orang tuanya? Sesungguhnya hanyalah dimasa si anak masih bayi dan balita. Masa ketika sang anak digendong, dipeluk, dibuai, disusui, diceboki, disuap, diajak bermain, menangis, tertawa, dan ditidurkan. Lalu bagaimana jika orang tua tak punya waktu untuk bersama sang anak? Tentunya si anak jadi milik orang lain, pengasuhnya. Mungkin kakek-neneknya, pembantu, atau tempat penitipannya. Orang tua yang super sibuk harus rela kehilangan masa-masa emas menyaksikan pertumbuhan anaknya secara langsung.
Memilih untuk menitipkan anak yang masih bayi atau balita adalah pilihan yang sulit. Pun jika tersedia beberapa pilihan metode penitipan, yang paling sulit adalah memilihnya. Seperti disebutkan sebelumnya, pilihan tersebut punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pertama, menitipkan anak pada kakek-neneknya adalah hal yang paling mungkin. Hampir seluruh pasangan muda yang keduanya bekerja dan memiliki anak menitipkan anaknya pada orang tuanya, kakek-nenek sang anak. Pasti sang kakek-nenek dengan sangat senang hati menjaga cucunya. Namun bagaimana bila ada cucu-cucu yang lain? Atau kakek-nenek sudah renta yang pada dasarnya tentunya mau diperhatikan juga? Lalu siapa sebenarnya yang menjaga dan memperhatikan siapa? Kedua, dititipkan pada saudara atau keluarga, yang belum tentu ikhlas dan berkesempatan menjaga si anak. Ketiga, dititipkan pada pembantu atau asisten rumah tangga, yang bayarannya lumayan mahal, dan si anak belum tentu diperhatikan karena si pembantu punya kerjaan inti selain mengurus anak. Keempat, dititip pada non keluarga seperti tetangga, keluarganya teman, atau tempat penitipan anak. Pilihan terakhir mungkin adalah pilihan bijak yang dilakukan banyak orang tua. Walaupun agak repot karena mesti mengurus si anak di pagi hari sebelum dititipkan dan sore hari setelah dititipkan (minimal memandikan dan memberi makan), ini adalah pilihan yang adil bagi semua pihak. Orang tua tidak kehilangan kesempatan bertanggung jawab mengurus sang anak, anak pun masih tetap merasa terperhatikan.
Wednesday, May 21, 2014
Pernikahan Kedua
Tak pernah terbayangkan sebelumnya dalam benak saya untuk menikah di KUA, dalam kesederhanaan. Apalagi menikah gratis, pun demikian dengan nikah massal, risih dan memalukan rasanya. Menikah harusnya penuh suka cita, yang identik dengan kemeriahan.
Tapi bayangan tersebut akhirnya mewujud. Hari itu saya menikah di KUA, tanpa kemeriahan apalagi kemewahan. Syarat sahnya sebuah pernikahan cukup dipenuhi, hanya perlu ada dua orang yang mau menikah (laki-laki dan perempuan, pastinya), ada wali dari perempuan (bisa diwakilkan oleh imam), mahar, ijab-kabul, serta dua orang saksi laki-laki, dan sahlah pernikahan kami.
Sayangnya, ini adalah pernikahan ulang, pernikahan kedua, nikah obat katanya. Syukurlah, tak perlu berlama-lama merasakan penderitaan, saya akhirnya berhasil bangun dari mimpi buruk tersebut. Rasanya? Seperti ketindihan. Semoga tidak merasakan mimpi yang sama lagi. Doa kami, semoga keluarga yang kami bina bisa langgeng, awet, sakinah mawaddah warahmah.
Wednesday, May 14, 2014
#Maaf Episode Kesekian
Kata #maaf takkan pernah cukup meredakan sedihmu. Percayalah, aku juga sangat terpuruk. Setelah ini, semoga semuanya bisa segera pulih. Demi kita, demi anak kita.
#maaf
Makassar, 14052014
Friday, May 2, 2014
Makan Sekali Sehari
Makan disaat lapar, berhenti makan sebelum kenyang. Itulah diet alami ala Rasulullah SAW.
Ada tips sehat diet alami ala Rasulullah SAW yang bisa diterapkan dalam keseharian, makan sekali sehari. Pola makan Rasulullah itu adalah: Pagi makan 8 buah kurma dan sore makan roti dan lauknya. Selebihnya? Tidak makan berat, cuma mencicip sedikit saja.
Namun demikian, orang Indonesia menganut paham "Belum makan namanya kalau belum makan nasi". Saya termasuk penganut paham ini. Jadinya, setiap hari pasti ada nasi yang saya konsumsi. Rasanya ritual makan tidak akan sah jika tak ada nasi dalam daftar menu harian. Bahkan, nasi selalu saja lebih banyak porsinya dibanding lauk pauk yang jadi sumber protein dan lemak.
Tidak sepenuhnya salah, namun pandangan seperti ini --harus makan nasi-- sedikit keliru. Mestinya makanan pokok dikonsumsi secara seimbang, seimbang antara karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Kebanyakan konsumsi karbohidrat (yang terkandung dalam nasi) menyebabkan penumpukan gula dalam darah apabila tidak digunakan. Pekerja berat seperti kuli bangunan cocok makan porsi nasi yang banyak karena karbohidrat penghasil energi akan dibakar seiring aktivitas yang berat-berat tersebut. Apabila konsumsi karbohidrat berlebih oleh orang kantoran yang kebanyakan duduk tenang di depan komputer seperti saya, maka karbohidrat tersebut menjadi gula darah. Suatu saat pankreas tak dapat lagi mengolahnya menjadi tenaga, akhirnya menumpuk dan jadi penyakit seperti diabetes. Orang kantoran yang banyak mikir cocoknya mengkonsumsi banyak protein sebagai asupan yang bergizi bagi kerja sel saraf dan otak.
Namun demikian, pola hidup yang berubah-ubah menjadikan saya harus pandai beradaptasi dengan kondisi. Kadang saya bekerja keras, kadang harus bekerja cerdas, tak jarang harus keduanya, bekerja keras sekaligus cerdas. Asupan makanan harus seimbang agar penyakit tidak datang. Salah satu cara adaptasi yaitu menerapkan pola makan ini, harus disiplin "makan sekali sehari".
Friday, April 25, 2014
Layanan Purna Jual Sony Mobile Mengecewakan
Seorang bapak bersama pasangannya mendatangi Sony Service Centre Makassar dengan keluhan kerusakan layar Smartphone Sony nya. Saya tak melihat jelas tipe apa ponselnya, namun yang jelas tampilannya mewah, tipis dengan layar lebarnya. Setelah berdiskusi dengan CS, diputuskan untuk memperbaiki ponselnya tersebut berhubung pemakaian baru sekitar dua bulan, masih garansi. Namun beberapa saat setelah diskusi, pasangan ini harus menerima kenyataan, ponsel harus dibawa ke Jakarta dengan lama perbaikan dua bulan. Pihak cabang SSC tidak menerima perbaikan ponsel yang masih garansi, katanya itu sudah aturan dari pusat (Jakarta) kalau ponsel yang sakit harus dirawat selama dua bulan. Pasangan ini pasrah, hanya mampu menggerutu, "Tau begini, tidak kubeli ini hape!".
Kejadian seperti ini menimpa kami lebih dari tiga bulan lalu. Awal Januari 2014, Sony Xperia ZL yang dibeli dengan susah payah pada Juni 2013 akhirnya kena santet, mati-hidup sendiri, mati suri, hingga akhirnya mati total. Pihak SSC mendiagnosa kerusakan ada pada batere dan software. Ponsel harus masuk rumah sakit selama dua bulan. Tak ada pilihan, Xperia ZL yang telah kami anggap seperti anak sendiri akhirnya rela dilepas kepergiannya selama dua bulan. Selama kepergiannya, kami gonta-ganti hape dengan galaunya, kadang Samsung, Blackberry, atau Motorola.
Awal Maret, Sony kami telah di permak, telah pulih katanya. Setelah dicoba ternyata ada kerusakan lain, speaker mati total, tak bisa bersenandung dengan riang seperti sedia kala. Sepertinya ada kesalahan saat perbaikannya, mungkin tangan yang menjamah daerah vital batere terpeleset mengenai daerah terlarang lainnya, speaker! Ponsel akhirnya kami masukkan lagi ke neraka, parahnya kami harus menunggu lagi selama dua bulan, kurang asem!!
Lewat pertengahan April 2014, Sony kami akhirnya keluar kandang, total nyaris 4 bulan dia di neraka. Kecewanya kami, mengapa selama itu pihak Sonymobile memperbaiki ponsel yang secara logika bisa diperbaiki paling lama satu minggu. Begitu panjangkah antrian ponsel yang rusak di pusat sana yang hanya satu-dua orang teknisi yang memperbaikinya? Parahnya, Sony kami belum lunas karena dibeli secara kredit selama 12 bulan. Intinya, kami mencicil Sony untuk diperbaiki, bukan untuk dipakai. Ini menjadi preseden buruk bagi Sonymobile, kami (dan mungkin pecinta smartphone Sony yang senasib dengan kami) bakal kapok membeli dan setia sama Sony. Saran kami, kalau selama itu perbaikannya pihak Sonymobile bisa menyediakan ponsel pengganti untuk sementara bila tak sanggup mengganti baru. Ini demi kepuasan dan kesetiaan konsumennya.
Selamat datang kembali Sony Xperia ZL, senang melihatmu lagi setelah tertidur lama di neraka.