Thursday, March 22, 2018

Way down here without you



I've got a reason to be sad.
And I've got a reason to feel like I've been had.
But I would give most anything. to see you smile at me again.
I don't know (since you've gone)
I don't know (since you've been gone) what I'm supposed to do.
Way down here without you.
I don't know (since you've gone)
I don't know (since you've been gone) what I'm supposed to do
Way down here without you.
I know you won't be coming home.
And it makes me feel so afraid of the unknown.
But I would give most anything. to see you smile at me again.
I don't know (since you've gone)
I don't know (since you've been gone) what I'm supposed to do
Way down here without you.
I don't know (since you've gone)
I don't know (since you've been gone) what I'm supposed to do
Way down here without you.
You still mean a lot to me, yeah.
You still mean a lot to me.
More than a memory to me, yeah.
More than a memory to me.
 
 

Wednesday, March 21, 2018

The last letter



I am damaged from the inside. The depression that has been slowly eating away at me has completely swallowed me, and I couldn't win over it.
I hated myself. I tried to hold on to breaking memories and yelled at myself to get a grip, but there was no answer.
If I can't clear my breath, it's better to stop.
I asked myself who can take care of myself.
It's only me.
I was alone.
It's easy to say I'll end things.
It's hard to end things.
I lived all this time because of that difficulty.
They said I wanted to run away.
That's true. I wanted to run away.
From me.
From you.
I asked who it was. It was me. And it was me. And it was me again.
I asked why I kept losing my memories. They said it was because of my personality. I see. It was my fault in the end.
I wanted someone to notice, but no one noticed. No one met me, so of course they don't know I exist.
I asked why people live. Just. Just. People just live.
If I ask why people die, I guess they'd say they were tired.
I suffered and I worried. I never learned how to turn my pain into happiness.
Pain is just pain.
They told me not to be like that.
Why? I can't even end things the way I want?
They told me to figure out why I was hurting.
I know very well why. I'm hurting because of me. It's all my fault and because I'm bad.
Doctor, is this what you wanted to hear?
No, I didn't do anything wrong.
When the doctor blamed my personality with a quiet voice, I thought it was so easy to be a doctor.
It's amazing how much I'm hurting. People who are hurting more live well. People weaker than me live well. I guess not. Out of everyone alive, there's no one hurting more than I am and there's no one weaker than I am.
But they said I should live.
I asked why so many times, but it's not for me. It's for you.
I wanted to be for me.
Don't say things that don't make sense.
Figure out why I'm hurting? I told you why. Why I was hurting. Is it not okay to be hurting this much because of that? Do I need a more dramatic detail? I need more of a story?
I told you why. Were you not listening? Things I can win over don't end in scars.
It wasn't my place to clash with the world.
It wasn't my life to be known to the world.
They said that was why I was hurting more. Because I had clashed with the world, because I was known to the world. Why did I choose this? That's funny.
It's a miracle I lasted this far.
What more can I say? Just tell me I worked hard.
That it was good of me to come this far. That I worked hard.
Even if you can't smile as you let me go, please don't blame me.
I worked hard.
I really did work hard.
Goodbye.



---

Contoh surat perpisahan sebelum bunuh diri.


Saturday, February 24, 2018

Melatih Pundit dengan Fantasy Manager (bagian 1)




Jadi pundit footbal dadakan bisa dilatih dengan Fantasy Premier League

Saya berharap Mo Salah cetak banyak gol, pun dengan assist. Tak peduli dengan tim lawan, tapi kalau bisa sih Liverpool kalah, maklum saya fans karbitan United sejak era class of 92. Kemenangan Liverpool akan mengkudeta MU dari runner up klasemen sementara. Mo Salah cetak banyak gol tapi Liverpool kalah? Sungguh paradox yang menggelikan. Tapi bisa saja, bukan? Contohlah Salah cetak trigol, tapi Liverpool kalah 3-4. Nda papa, toh pekan ini saya cuma memakai jasa satu pemain Liverpool, only Mo Salah. Dicetakin 4 gol pun tim saya tak mengapa, tak ada bek bahkan kiper Liverpool. Cetak 3 gol berarti tambahan 18 poin bagi tim saya. Apalagi Mo Salah jadi kapten, poin ganda jadi 36, sangat luar biasa mengingat poin rata-rata tim saya hanya berkisar 40 per pekan. Jika pun ke 10 pemain lain menyumbang 2 poin, jadilah total poin pekan ini jadi 56. Sayang, hingga peluit panjang skor tetap 4-1 untuk Liverpool, mengalahkan West Ham United yang telah saya buang strikernya jauh hari, Chicarito. Jadilah untuk sementara MU ditikung Liverpool, berjarak 1 poin. Namun mengingat besok lawan MU adalah Chelsea, berat juga sih. Kalau kalah (lagi) bisa-bisa ditikung lagi sama Tottenham Hotspurs. Berkat 1 gol dan 1 asssist Mo Salah, saya dapat tambahan 6+5 poin dikali 2 (Salah jadi kapten) = 22 poin.



Bermain game online Fantasy Premier League memang saya jabanin sekitar 2 musim terakhir. Selain Fantasy Premier League (FPL) yang resmi, saya mainkan Goal Fantasy Football (GFF) juga, 2 tim pula. Saya jadi rajin apdet Premier League (PL, Liga Inggris) mengutak-atik pemain tiap pekannya. Hitung-hitung mengasah kemampuan analisis bola.
Permainan GFF cukup seru. Aturannya sederhana, di awal musim pemain (kita) dituntut membentuk tim dengan alokasi "duit" 75 poin. Dari 75 poin itu kita membeli 11 pemain. Jangan harap kita bisa membeli semua pemain terbaik di posisinya. Paling banter di tiap posisi (kiper, bek, gelandang, dan striker) hanya ada 1 pemain yang baik dan sisanya adalah pemain "menengah kebawah". Asumsinya, pemain bagus berharga 7 poin keatas bahkan ada yang 9 poin (seperti Salah ini, atau Harry Kane). 4 kali 7 = 28 poin. Sisanya 47 poin dibagi untuk 7 pemain. Menggalaukan, bukan?

Lanjut sedikit tentang raihan poin pemain.

  1.  Setiap pemain yang bermain minimal 45 menit mendapat poin 2. Cadangan yang bermain di akhir babak dapat 1 poin
  2. Setiap cleansheet, kiper dan bek mendapat poin 7
  3. Setiap assist berharga 5 poin
  4. Setiap gol berharga 6 poin
  5. Setiap kebobolan, kiper dan bek dikurangi 1 poin
  6. Setiap gagal cetak pinalti dikurangi 2 poin
  7. Kapten double poin (dikalikan 2)


Poin sementara saya untuk Sabtu ini adalah 24 poin. Disumbangkan oleh Jamie Vardy (2 poin) dan Mo Salah (22 poin). Kebanyakan pemain lain klubnya baru main minggu besok. Harap bersabar. Setiap pekan akan ada 1 pertandingan, manfaatkan untuk menyusun pemain yang tepat. Ada fasilitas transfer untuk mengganti pemain-pemain yang buruk (atau sedang sial). Sekian dulu, nantilah saya posting tips trik bermain FPL/ GFF biar banyak dapat poin. #GGMU

Pelakor, Mau?



Open Pre Order
T-Shirt PELAKOR
IDR 100K
Bahan combed 24s
Pesan 3 siap cetak
Mau?



nb.

  1. Open pre order kaos t-shirt nya, bukan pelakornya.
  2. Ada ide nambahin kata-kata? admin lagi kehilangan kreativitas. Contoh: PELAKOR BUSTER, atau PELAKOR NEVER DIES, atau PELAKOR pasangannya PEBINOR, dll
  3. PELAKOR disini adalah PEREBUT LELAKI ORANG, bukan PELAKU KORUPSI

Sunday, January 21, 2018

Boys Don't Cry



I would say I'm sorry
If I thought that it would change your mind
But I know that this time
I have said too much, been too unkind

I try to laugh about it
Cover it all up with lies
I try to laugh about it
Hiding the tears in my eyes
'Cause boys don't cry
Boys don't cry

I would break down at your feet
And beg forgiveness, plead with you
But I know that it's too late
And now there's nothing I can do

So I try to laugh about it
Cover it all up with lies
I try to laugh about it
Hiding the tears in my eyes
'Cause boys don't cry
Boys don't cry

I would tell you that I loved you
If I thought that you would stay
But I know that it's no use
That you've already gone away

Misjudged your limits
Pushed you too far
Took you for granted
I thought that you needed me more, more, more

Now I would do most anything
To get you back by my side
But I just keep on laughing
Hiding the tears in my eyes
'Cause boys don't cry
Boys don't cry
Boys don't cry

Sunday, November 12, 2017

#TurSingkat Akkarena



Lama tak ke Akkarena, tampilannya masih seperti dulu, biasa saja.

Akkarena adalah salah satu spot wisata pantai di kota Makassar. Dekat dengan pantai Losari, pantai Akkarena terkesan lebih privat daripada pantai Losari. Kesan privat karena mesti membayar (alias tidak gratis) untuk masuk ke tempat ini, beda dengan anjungan pantai Losari yang bebas merdeka masuk tanpa bayar. Jadi, bagi kamu yang tak mau diganggu pacaran oleh pengamen jalanan namun dengan modal pas-pasan, Akkarena adalah tempat yang pas.

Harga tiket masuk Akkarena tahun 2017 ini adalah 10 ribu untuk dewasa, 5 ribu untuk anak-anak, 5 ribu untuk parkir mobil, 2 ribu untuk parkir motor. Fasilitas pendukung seperti toilet dan musalla tersedia di Akkarena, kalau ini sudah include dengan tiket masuk.


Wisata apa di Akkarena? Secara umum adalah wisata pantai dan wisata kuliner. Pantai dengan pasir hitam, tempat mandi-mandi atau sekadar menikmati sunset bisa dilakukan disini. Selain itu, wisata kuliner di Akkarena terbilang lengkap. Aneka kuliner khas Makassar seperti pisang epe hingga jagung bakar ada disini, siapkan uang yang cukup saja. Belakangan, ada tempat outbond dan taman balon besar anak-anak dengan tiket masuk tersendiri, bayar lagi.


Selain itu, pantai Akkarena juga cocok dijadikan tempat foto-foto. Foto model hingga foto prawedding. Selain pantai dengan pasir hitamnya, dermaga kayu dan taman buatannya banyak digunakan sebagai spot foto. Kadang juga saya lihat adegan sinetron atau acara tv dilakukan disini.


Akhir pekan kemarin kami sengaja datang kesini, menemani Mama yang suntuk di rumah karena black out listrik padam se-SulSel. Pilihan jatuh ke Akkarena karena bosan ke mall. Mengenang romantisme masa lalu, Akkarena jadi salah satu tempat bersejarah bagi saya (dan kami). Ah sudahlah..

Monday, November 6, 2017

#SepedaMalas goes to Kuri Caddi



Matahari sudah menyembul sedikit di atas bukit, saya mengayuh sepeda dengan setengah semangat ke negeri antah berantah, Kuri Caddi.

Saya belum pernah sekalipun ke Kuri Caddi, namun foto-foto di Google Maps begitu menggoda untuk di jelajahi. Saya paham, kadang (kalau tak dibilang selalu) foto-foto di Google Maps (dan socmed secara umum) hanyalah foto-foto terbaik yang dipamerkan. Yah, narsis memang harus memamerkan yang baik-baik saja, biar kelihatan bahagia, bukan?



Selain paham soal betapa menyesatkannya foto-foto socmed, saya memang lagi mau gowes, mumpung hari libur, sendirian pula. Kalau sebelumnya saya gowes ke daerah pelabuhan perikanan Untia (PPI Untia) di Salodong sana, saya mau merasakan hal baru, walaupun google maps bilang Pantai Kuri Caddi itu jauh. Kalau PPI Untia sekitar 5 kilometer dari rumah, itupun saya pulang kesiangan sambil ngos-ngosan. Google Maps bilang jarak Pantai Kuri Caddi 15 kilometer dari rumah, atau tiga kali lipat PPI Untia! Saya bisa pulang kesorean, dan pingsan sebelum sampai rumah. Namun tekad sudah bulat, pagi itu saya tetap mengayuh sepeda dengan tujuan Pantai Kuri Caddi. Rencananya, pun kalau jam 7 pagi saya belum sampai, setang sepeda akan saya arahkan pulang.





Sekilometer dari rumah, saya sudah ngos-ngosan, kecepatan sepeda seperti orang berjalan saja. Maklum tak pernah olahraga, stamina tak terjaga. Di pinggir jalan tol, saya mengambil jalan pintas di kompleks pergudangan 88, jalan pintas yang belum pernah saya lalui juga. GMaps bilang jalur ini bisa memangkas perjalanan sejauh satu kilometer, lumayan. Bermodal GMaps ponsel, saya memberanikan diri menembus rimba gudang Makassar tersebut. Sampai di daerah Pattene, baru jam setengah tujuh. Saya lanjutkan gowes, lewat jalan beton dan aspal dua desa di Kecamatan Marusu. Tak terasa sudah jam 7, saya tiba di Desa Nisombalia, baru separuh jalan, prinsip “balik saat jam tujuh” tak berlaku lagi, berganti “sekali mengayuh sepeda, pantang setir mengarah pulang”.



Sampai di Kuri Lompo, saya sempat tersesat, ternyata Pantai Kuri Caddi mesti masuk gerbang dari seng yang saya pikir halaman rumah orang. Selain itu, jalan tanah dan berbatu jadi penggoyah semangat. Sempat singgah berpikir keras lanjut atau tidak. Saya khawatir ban pecah, digigit komodo (kadal besar), dibegal, atau diseruduk sapi. Namun tekad kembali kuat saat sepasang muda-mudi lewat naik motor setengah besar menghalau sapi yang memandangi saya dengan tatapan penuh nafsu, seakan baru melihat pangeran tampan naik sepeda.

Dengan ilmu meringankan tubuh, saya gowes melalui jalan ancoer tersebut. Sunyi, sepi sepanjang jalan. Saya menenangkan diri dengan mendengar musik lewat earphone. Hanya biawak besar yang saya sempat lihat melintas, untung dia kehilangan birahi saat saya lewat. Dua orang tua penduduk setempat yang lagi bergaul di tepi empang kemudian menegur dengan ramah. “Kemana Pak?”, saya jawab dengan was-was “Kuri Caddi Pak”. “Oh, lewat saja, masih jauh memutar”. Konon orang desa bilang “dekat”, itu berarti “dekat dikali dua” bagi orang kota. Lah ini bilang “jauh”, mati awak. Tapi saya masih percaya GMaps, tak ada signal modem Andromax, beruntung ada versi GMaps offline, saya keker jarak masih ada sekitar 700 meter. Entah berapa jembatan kayu rusak yang terlewati hingga akhirnya tiba di Pantai Kuri Caddi. Di Pantai Kuri Caddi, disambut dengan hangat oleh sapi-sapi yang lagi sarapan.


Kesan pertama saat tiba di Pantai Kuri Caddi hampir sama lah dengan yang di foto-foto socmed, lumayan indah. Salah dua ikon yang sering saya lihat di foto-foto orang adalah rumah kayu di bawah pohon yang berada di tepi pantai. Rumah singgah ini sudah tak terawat, sementara pantai lumayan bersih dengan pasir coklat. Pantainya berbentuk cekungan sehingga tak ada ombak yang menerpa pantai.





Ada beberapa anak yang mencari kerang dipinggir pantai. Tak berapa lama, ada juga dua goweser yang datang. Dengan sepeda gunung keren dan berhelm, mereka berfoto-foto juga. Sempat berkenalan, mereka baru pertama kali juga ke Kuri Caddi, mungkin gara-gara socmed juga. Mereka dari jalan Teuku Umar. Yu know dimana Teuku Umar? Dua kali jarak rumah saya! Mungkin saya memilih tidur di rumah daripada menempuh jarak sejauh itu. Mereka berdua dari komunitas sepeda UPBC, Ujung Pandang Bike Community. Ingin rasanya ikut komunitas sepeda juga, tapi yakinlah saja saya takkan pernah ngumpul. Saya memilih jadi pesepeda solo, pesepeda malas.

Setelah puas berkeliling dan berfoto, saya beli minum di warung yang ada disana. Sebagai pesepada malas, saya malas membawa bekal air minum dari rumah. Hanya orang-orang lemah yang membawa bekal air minum dari rumah. Hahahaha.. Yang punya warung ibu setengah baya yang sangat ramah. Kalau biasanya saya dipanggil “Pak” melihat perut yang membengkak ini, kali ini saya dipanggil “Nak”, sungguh saya kembali merasa muda beberapa detik. Setelah melepas dahaga, saya sempatkan ke kampung nelayan di Kuri Caddi. Seperti penampakan kampung nelayan kebanyakan, kampung ini terkesan “tak tertata” kalau tak mau dibilang jorok. Sampah dimana-mana, bukan sampah masyarakat, tapi mungkin sampah bawaan dari tengah laut.


Di beberapa bagian kampung, terutama antara lokasi wisata Pantai dengan kampung nelayan banyak kuburan, yang membuat suasana mistis dan sedikit angker. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Setelah puas berkeliling, saya membulatkan tekad untuk pulang, melewati jalan ancoer dan berliku kembali. Semoga sehat selamat pulang ke rumah.