Tuesday, September 1, 2015

Bagai Menjilat Anu Sendiri



Karena menjilat ludah sendiri sudah terlalu mainstream

Saya kembali berniat aktif di blog ini, menulis beberapa curhatan tak jelas tiap bulan. "Kembali berniat" berarti ada niatan lama yang tertunda kemudian berusaha kembali diejawantahkan (saya kurang tahu bahasa yang tepat) dalam niatan baru untuk kemudian direalisasikan. Saat blog ini lahir beberapa tahun yang lalu, isinya berisi curhatan tak jelas dan buah pikiran abal-abal tentang apa saja. Namun karena "tak jelas juntrungannya", saya berusaha memperbaharui isi blog dengan tema yang lebih spesifik dan lebih serius (serius menceritakan curhatan.. Hahaha.. Sama saja) seperti opini-opini keren di koran disertai foto ciamik dari kamera DSLR. Postingan lama sekira 50 postingan tak jelas pun saya ekspor ke blog terminal di 290882.blogspot.com, sayang kalau  dihapus. Setengah hidup ditulis kemudian dibunuh? Tidak! Mending saya "istirahatkan di tempat yang agak tenang". Beberapa tulisan kemudian hadir dalam beberapa bulan. Hasilnya adalah blog ini tak berkembang, ternyata saya tidak bisa menulis dengan baik dan benar. Hanya ada sekitar lima postingan abal-abal, berusaha menulis yang serius-serius ternyata menyakitkan.



Pada momentum 33 tahun, saya putuskan kembali aktif menulis disini dengan gaya apa adanya dan tidak dipaksakan. Semacam mantan pacar yang mau balikan tanpa syarat yang berat dan membebani. Karena blog itu benda mati, kami jadian kembali tanpa halangan berarti. Postingan lama saya impor kembali. Niatannya, tiap tulisan di blog ini kedepannya berjumlah minimal 505 kata dengan sebuah foto bentuk kotak yang saya comot dari akun Instagram. Banyak efek samping dari balikannya kami seperti bingungnya Om Google mengindeks postingan sampai tuntutan perasaan untuk menulis rutin disini. Tapi tak mengapa, tokh saya ngeblog bukan untuk Google, tapi menjaga kewarasan saya. Pembaca boleh jijik melihat hubungan saya dan blog ini, tapi tak mengapa selama saya suka. Blog ini blog saya, yah semau saya.

Putus nyambung sama pacar itu biasa, namun putus nyambung dengan blog itu luar biasa. Putus sekali kemudian nyambung lagi seperti menjilat ludah sendiri. Mungkin kalau putus nyambung itu seperti menjilat "anu" sendiri. Orang lain boleh jijik melihatnya, namun si pelaku asyik-asyik saja alih-alih menikmati.

Saya bayangkan kalau manusia bisa menjilat anu sendiri, mungkin ada yang mau menjilat anunya tiap hari, enak mungkin. Salah satu hewan yang bisa menjilat anunya sendiri adalah kucing. Entah apa motivasi si kucing menjilat anunya, mungkin niatan awalnya hanya untuk membersihkan anunya, namun keenakan dan keterusan. Soalnya kalau anu dibersihkan pakai tangan atau kakinya takutnya kecakar. Mungkin nenek moyang si kucing pernah mencoba membersihkan anunya pakai kaki, tapi akhirnya kena cakar dan sakit. Dia kemudian belajar membersihkan anunya dengan mulut dan lidah sendiri, kemudian mengajari anak cucunya secara turun temurun. Kalau ada manusia menjilat anunya sendiri, mungkin dia siluman kucing.

Menjilat anu sendiri jauh lebih jorok daripada menjilat ludah sendiri. Tapi sepertinya lebih enak bagi yang menikmati. "Kamu boleh jijik melihatku berlaku demikian, tapi aku suka, untung di aku muntah di kamu, mau-mauku toh...", kata si pelaku. Mari bayangkan yang berbicara demikian adalah pemerintah kita. Mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tampaknya tidak benar, tidak pro rakyat. Contohnya menaikkan harga BBM dengan alasan ini itu. Mungkin kita sebagai masyarakat "awam" melihat jijik upaya pemerintah ini. Namun bagi pemerintah, inilah jalan terbaik, minimal pemerintah yang merasakan keuntungannya. Mungkin pemerintah kita sedang menikmati menjilat "anu" sendiri. Selamat menikmati.


No comments:

Post a Comment