Sunday, October 25, 2015

Menata Air, Menjaga Kehidupan



Air adalah sumber kehidupan, mari kita jaga demi masa depan


Sudah lima menit mesin pompa air meraung-raung galau. Bunyinya seperti biasa, agak berat parau, rada-rada ngebass, tanda kalau tak ada air yang dihisapnya. Beda sama tetangga depan rumah yang suara mesinnya merdu, rada-rada treble. Sebagai empunya mesin pompa air yang sayang pada si mesin, saya tak mau menunggu mesin air meraung lebih lama. Saya khawatir raungannya semakin pedih dan akhirnya diam tak bersuara. Mesin saya matikan, menunggu saat kira-kira ada air diujung pipa yang siap disedot, untuk dimasukkan ke dalam wadah penampungan. Tapi, waktunya tak bisa ditebak, tak cukup rumus peluang untuk mengetahui kapan air jatah kompleks bisa disedot dengan lancar. 

Sekitar empat tahun yang lalu air masih setia mengunjungi rumah warga kompleks, setiap saat. Kalau butuh air, tinggal putar kran. Tak perlu mesin pompa air untuk menyedot air, belum ada jatah-jatahan. Wajarlah, waktu itu kompleks perumahan masih baru, masih sedikit warga yang tinggal menetap. Barulah setelah menikah dan menempati rumah sendiri, air mulai malas mengalir lancar, mulai banyak warga yang menempati rumahnya. Karenanya kami berpikir untuk memasang tempat penampungan air, plus mesin penyedotnya. Puncaknya saat musim kemarau sekarang ini, air sangat sulit didapatkan, dijatah bergiliran oleh pengelola kompleks yang tak pasti jadwal mengalirnya, kadang sore atau subuh hari. Itupun tak pasti. 


Namun kami mesti banyak bersyukur, teknologi telah maju dan ekonomi semakin membaik. Tak perlu jauh-jauh mengangkat air dengan tenaga triceps sebagaimana usaha orang tua dulu, atau tetangga yang rela tak mandi gara-gara tak kebagian jatah air bersih yang habis disedot tetangganya yang bermesin pompa. Soal tetangga depan yang bunyi mesin pompa airnya merdu, bukan karena harga mesinnya melebihi harga mesin pompa kami, bukan pula karena kualitas mesin yang lebih baik. Tapi bunyi treble itu karena mesin memompa air langsung dari dalam tanah. Ya, tetangga depan rumah memang setahun kemarin memasang pompa air yang sumber airnya dari dalam tanah menggunakan sumur bor. 

Konon tetangga depan rumah tersebut sudah bosan menunggu jatah air dari pengelola kompleks. Mereka lebih sering tidak kebagian air karena tidak memasang mesin. Bosan dengan ”ketidakadilan” tersebut, tetangga depan rumah tersebut lalu membeli mesin pompa air, tapi sekalian dengan membuat sumur bornya. Konon kedalaman sumur bor mencapai 40 meter, kalau kurang dari itu kualitas air tidak bagus, keruh dan berbau. Saat ini tetangga depan rumah menikmati ”hasil jerih payah”nya membuat sumur bor, tidak kekurangan air, bahkan berlebih. Kapanpun kalau butuh air tinggal nyalakan mesin pompa, suara mesinnya pun sangat merdu, rada-rada treble tanpa jeda. Mungkin sakit hati tetangga depan rumah terobati ketika mendengar suara mesin pompa air kami yang kebanyakan berbunyi bariton ketimbang treble. 

Sebenarnya membuat sumur bor untuk keperluan pribadi rumah tangga adalah sebuah ”pelanggaran”. Pengelola kompleks perumahan sejak awal sudah mewanti-wanti warganya untuk tidak membuat sumur bor sendiri. Sebelum menempati rumah, ada sebuah klausul yang mesti ditandatangani, yang salah satu isinya agar pemilik rumah tidak membuat sumur bor sendiri. Selain karena di sekitar kompleks memang susah air bersih dalam artian butuh beberapa puluh meter menggali atau mengebor sumur untuk mendapatkan air bersih, pengelola kompleks (dan kebanyakan warga yang melek huruf) yakin jika masing-masing warga membuat sumur bor maka kuantitas dan kualitas air tanah akan berkurang, cepat atau lambat. Permukaan tanah akan turun menutupi celah tanah karena airnya telah kosong. Akibatnya memang tidak terlihat sekarang, namun yakin saja beberapa (puluh) tahun kedepan akan berdampak buruk terhadap lingkungan. 

 Pengolahan Air Mandiri

Sebagai kompensasi dari ”pelarangan” membuat sumur bor sendiri ini, pengelola kompleks membuat instalasi pengelolaan air sendiri, semacam PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) kecil-kecilan untuk mencukupi kebutuhan air bagi sembilan kluster perumahan dalam satu kompleks. Entah berapa ratus meter kedalaman pipanya hingga bisa mendapatkan air yang cukup. Kami salut, pengelola kompleks tak mau membebani pemerintah akan kecukupan air bersih. Namun entah sampai kapan debit air cukup untuk memenuhi hasrat warga akan air bersih. Selain musim kemarau, semakin banyaknya warga yang tinggal di kompleks perumahan menjadikan warga semakin berebut air. Kalau pengelola tak kreatif mencari dan membangun pengolahan air bersih baru, sepuluh pompa air di masing-masing rumah pun takkan cukup. 

Namun entah mengapa tetangga depan rumah tetap leluasa membuat sumur bor. Konon tetangga depan rumah adalah rumah kedua yang memasang sumur bor di kluster perumahan ini, yang pertama adalah pak RW, konon. Namun karena tetangga depan rumah sudah ”berani” memasang sumur bor, ada beberapa warga yang ikut memasang sumur. Mungkin pengelola kompleks tidak tahu, atau takut menegur, atau oknum pengelola kompleks sudah disogok. Mungkin juga pengelola kompleks mengerti kalau debit air di PDAM-nya sudah tidak cukup memuaskan hasrat warganya akan air, sehingga klausul ”tidak boleh memasang sumur bor sendiri” otomatis tidak berlaku lagi. 

 Calon Perumahan Baru

Pihak pengembang perumahan memang lagi gencar-gencarnya membangun beberapa kluster perumahan tambahan, seakan semakin beringas dan tanpa jeda mengeksploitasi lahan demi keuntungan perusahaan. Semoga saja sumber air yang berkualitas masih cukup untuk seluruh warga. Pun jika tak cukup, pengelola kompleks mau membangun pengolahan air bersih tambahan yang aman bagi lingkungan. 

Kadang kami khawatir, air di bawah permukaan tanah yang dalam itu berkurang lalu habis. Lalu anak cucu kita saling adu jotos karena berebut air. Persoalan air bersih memang persoalan mendasar yang sudah ada sejak jaman bahuela. Bahkan manusia rela bertaruh nyawa memperebutkannya. Uniknya persoalan air bersih, didapatkan susah, dibuang lebih susah. Pengelolaannya bukan sekedar mendapatkannya, namun juga pemanfaatan dan pengelolaan hasil buangannya. 

Karena itu, kelestarian lingkungan dan air merupakan tanggungjawab bersama, antara pemerintah, warga, dan pengelola kompleks perumahan. Minimal kita saling mengingatkan agar tidak membabi buta merusak lingkungan demi kepentingan sesaat. Dampak negatif kerusakan lingkungan hidup harus diminimalkan. Lingkungan hidup harus mampu mendukung kehidupan berkelanjutan, kondisi lingkungan hidup harus dapat dinikmati oleh generasi sekarang tanpa mengurangi kesempatan generasi mendatang. Makanya kami agak kesal ketika mengetahui pak RW sebagai representatif pemerintah malah memberi contoh yang buruk bagi warganya dengan lebih dahulu membuat sumur bor sendiri. 

Sebagai warga negara yang baik, harus “memihak” kepada proses-proses yang meminimalkan dampak negatif kerusakan lingkungan hidup. Oleh sebab itu, warga yang berwawasan lingkungan perlu menumbuhkan sikap: 
  • Pro Keberlanjutan: Lingkungan Hidup yang mampu mendukung kehidupan berkelanjutan, kondisi lingkungan hidup yang dapat dinikmati oleh generasi sekarang tanpa mengurangi kesempatan generasi mendatang. 
  • Pro Keadilan Lingkungan: Berpihak pada kaum yang lemah, agar mendapatkan akses setara terhadap lingkungan yang bersih, sehat dan dapat terhindar dari dampak negatif kerusakan lingkungan. 

Mungkin kalau mesin air terus menerus bersuara bariton, kami pun akan memasang sumur bor, daripada kekeringan. Tapi semoga saja suara bariton mesin pompa air kami bisa berubah menjadi treble, agar kami tidak gegabah membuat sumur bor sendiri karena luapan emosi dan kegelisahan. Semoga anak-cucu kita juga demikian, bisa menikmati merdunya suara treble mesin pompa airnya.


Sunday, October 18, 2015

Blogging? Go For It


Lagi suntuk? Ngeblog yuk!

Tenggorokanku mengering, lama menatap hampa layar gadget membuat mata menyipit. Otakku menumpul, seolah tak lagi berisi. Blank! Hampir satu jam kutatap kosong layar smartphone ini, tanpa kejadian. Aku lelah, muak menatap sinis twitwar dan status palsu tetangga sebelah. Susukopi di cangkir putih tergeletak di sudut meja, kuraih kemudian kusruput dalam-dalam, membasahi palung tenggorokan. Eureka! Pikiranku segar lagi, semangat membuncah. Jempolku kemudian mengetik sesuatu, mengarah ke sebuah alamat blog, mumoxdotblogspotdotcom. Selain banyak menginspirasi, aku ke blog ini kalau lagi kangen. Eyang Buyut telah tiada, namun pikiran cerdas dan bernasnya tak pernah mati. Blog beliau selalu menginspirasi. Eyang Buyut, banyak hal baik yang telah engkau bagikan di blogmu ini, wajarlah kalau engkau disayang sepenuh hati oleh siapapun, termasuk diriku. Tiga tahun sejak kepergianmu, aku masih bisa merasakan hadirmu, dirimu yang abadi di blogmu. Selamat ulang tahun Eyang Buyut, salam takzim untukmu, Al-Fatihah.

Makassar, 29 Agustus 2082

Mengapa blogging disini?

Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sangat mendasar. Sama pentingnya dengan pertanyaan "mengapa sekolah?" atau "mengapa bekerja?" atau bahkan "mengapa menikah?". Pertanyaan ini dikembalikan pada masing-masing kita. Kalau belum mampu menjawabnya, sebaiknya jangan lanjutkan, hentikan saja. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi hidup dan kehidupan. Kaitannya dengan kegiatan blogging, kalau blogging dianggap bermanfaat, silakan lanjutkan, Go For It. Tapi kalau tidak ada manfaatnya, segera hentikan. 

Lalu, apa manfaat blogging?

Pada prinsipnya, blogging adalah berbagi informasi kepada pembaca, baik dalam bentuk artikel, berita, foto, grafis, maupun audio dan video. Soal profit dari blogging atau bagaimana mendapatkan uang dari blog, itu seharusnya diletakkan belakangan. Yang paling fundamental adalah soal kita mau sharing tentang apa dan kepada siapa.

Blogging serupa kegiatan meditasi yang bisa menyegarkan pikiran. Kadang isi kepala ini penuh, penuh dengan sampah. Sampah kalau tidak dibuang akan menumpuk dan menjadi penyakit. Salah satu tempat pembuangan sampah ide adalah blog. Membuang sampah-sampah tersebut akan menjaga kewarasan saya. Jadi, blogging bisa menyehatkan saya, menyegarkan isi kepala.

Ilmu yang bermanfaat Insya Allah menjadi amal jariah. Isi postingan blog semoga saja bisa bermanfaat bagi pembaca, sehingga bernilai pahala dan mendapat amal jariah, amalan yang tak pernah putus walau sudah berkalang tanah. Kita seharusnya rakus kalau soal pahala, bukan?.

Blog juga sebagai alat kontrol diri dan ajang pencitraan,  minimal kita dianggap "orang baik" oleh pembaca, baik karena telah berbagi hal-hal yang baik pula. Sebuah keniscayaan kalau blog ini kelak akan dibaca generasi penerus, anak-cucu kita. Syukur-syukur kalau anak-cucu banyak belajar dari blog ini. Malu saja rasanya jika anak-cucu menganggap kita adalah makhluk pencela, hanya gara-gara mereka membaca postingan sampah sampah yang mencela dan menghujat di blog ini. Itulah yang menjadi alat kontrol agar tidak serampangan menulis di blog ini. Terakhir, semoga saja anak cucu kelak dikemudian hari yang melihat blog ini bisa kangen dengan pendahulunya, dan dengan tulus mengirimkan doa, seperti fragment absurd pendahuluan postingan ini.

Selain manfaat-manfaat absurd di atas, tentu saja tujuan dari tulisan ini adalah mendapatkan hadiah, munafik kalau saya tidak ingin juara dan memenangkan sebuah hadiah. Bonus apa saja, yang penting berkah dan dilalui dengan cara yang jujur, minimal tidak copas abis. Jadilah blog ini mungkin akan berisi lomba-lomba blog saja. Untuk sementara biarlah seperti ini dulu saja, biarkan mengalir seperti air, sepanjang tidak mengganggu orang lain. Pun kalau dapat Smartfren Andromax 4G dari Emak Gaoel, yah syukur, anggap saja sebagai bonus.

Karena tulisan ini sederhana saja, aplikasi yang digunakan pun sederhana juga. Aplikasi wajib tulis-menulis dengan Writer di Android dikolaborasikan dengan Microsoft Word di notebook menjaga tulisan ini tetap di jalannya, postingan tidak lebih 700 kata. Selain itu, aplikasi olah digital dengan Photoshop wajib adanya, sekedar cropping dan pengaturan kontras dan warna. Selebihnya tak ada, kecuali di postingan lain yang kadang pakai PicsArt. Sederhana, bukan? Go For It! Semoga pegunjung betah berlama-lama disini, semoga Emak Gaoel berkenan menyumbangkab hadiahnya.

Lihatlah patung elang itu, dia akan ada hingga dihancurkan sang waktu, entah berapa puluh tahun kemudian. Tapi nasibnya lebih baik dibanding sang bunga, yang walaupun indah namun hidup singkat dan tak ada yang sudi mengenangnya. Keduanya abadi disini, hingga kelak mentari berontak, terbit dari sisi yang lain.


Go For It Blog Competition

Wednesday, October 7, 2015

Wisata Singkat Pantai Galesong

 

 Lagi Suntuk? Ke Pantai Yuk!

Sudah pernah ke pantai Galesong? Pantai Galesong adalah salah satu objek wisata pilihan keluarga di dekat kota Makassar. Kawasan pantai Galesong terletak di Desa Tamalate, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Jaraknya sekitar 15 kilometer arah selatan dari pusat kota Makassar. Suasana pantai masih cukup tenang, jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk kota besar. 

Awalnya kawasan pantai ini tidak banyak dikenal oleh masyarakat luas, namun setelah melakukan beberapa pengembangan dan perbaikan maka dibangunlah kawasan wisata ini yang menggabungkan konsep hotel, resort, dan outbond oleh pihak swasta. Beberapa fasilitas yang disediakan antara lain mobil ATV, taman outbond, skuter listrik, motor cross mini, sepeda listrik, kamar untuk menginap, restoran/ rumah makan, hingga kolam renang. 

Harga tiket masuk sekitar Rp 30 ribu per orang dihari biasa, dan Rp 40 ribu per orang dihari Sabtu Minggu dan hari libur. Sangat ramah bagi kantong, dibandingkan tempat wisata permandian lain yang berharga di atas 100 ribu per orang. Disediakan pula kamar untuk menginap dengan harga standard room mulai Rp 390 ribu. 


Ini adalah pengalaman pertama saya kesana pada bulan Januari yang lalu. Sebenarnya bukan dalam rangka liburan, tapi mengantar sang istri tercinta yang akan melaksanakan rapat kerja kantor disana. Bisa dibilang, ini hanya wisata singkat. 

Dengan mobil rentalan, kami berangkat dari daerah Daya (bagian timur kota Makassar). Jalur yang kami lalui adalah jalan Metro Tanjung Bunga (dekat Pantai Losari), terus mengarah ke daerah Barombong. Saat itu jembatan Barombong (atau jembatan Galesong? Saya lupa) sedang diperbaiki sehingga kami harus memutar jalur melalui jalan desa tepi pematang sawah yang sempit dan tidak rata. 

Seandainya jembatan Barombong bisa dilalui, sekitar lima menit saja perjalanan dari Jembatan Barombong maka sampailah di Pantai Galesong. Tapi jalan memutar membuat waktu perjalanan menjadi sekitar setengah jam, disertai kebingungan, rasa was-was dan tanya sana-sini. Namun anda yang ingin ke Pantai Galesong saat ini tak perlu khawatir, Jembatan Barombong sudah rampung dan bisa dilalui. Selain jalur Metro Tanjung Bunga, bagi anda yang berada dekat Sungguminasa Gowa dapat melalui jalur Limbung. Terserah mau lewat jalur mana, sama saja jarak dan medannya. 

Berikut ini beberapa hasil jepretan kamera saya di resort Pantai Galesong. 

Saat masuk ke halaman parkir resort pantai Galesong, anda akan menemukan petunjuk atau rambu-rambu yang mesti anda patuhi saat masuk berupa poster. 


Peraturan tersebut juga terdapat di belakang meja resepsionis. Peraturan tersebut adalah: 
  1. Dilarang KERAS membawa pasangan BUKAN suami istri dalam satu kamar. 
  2. Dilarang KERAS membawa MINUMAN KERAS dan OBAT TERLARANG dalam area wisata pantai 
  3. Dilarang MEROKOK di dalam area gedung wisata pantai 
  4. Kecelakaan yang diakibatkan kelalaian pengunjung diluar tanggung jawab pengelola wisata pantai 
  5. Dilarang membawa senjata tajam 
  6. Dilarang KERAS BERJUDI di area wisata pantai 
  7. Kehilangan atau kerusakan barang pengunjung jadi tanggung jawab pengunjung sendiri 
  8. Dilarang membawa pulang barang milik wisata pantai 
  9. Bagi pengunjung yang merusak barang milik wisata pantai harus bertanggung jawab. 
Menurut saya peraturan ini seperti peraturan tempat wisata kebanyakan, hanya bentuk peringatan untuk diperhatikan saja, tidak jelas pula sanksi bagi yang melanggar seperti apa. Di dalam area gedung berjejer kamar untuk menginap, terdapat lukisan-lukisan absurd namun cantik di dinding gedung. Anda yang tak menginap tidak diperbolehkan masuk gedung, tapi dapat masuk melalui pintu samping yang dihubungkan langsung dengan taman bermain. 

 
Keluar area gedung, anda akan disambut aneka patung unik, mulai dari patung bayi bersayap (penggambaran malaikat), hingga replika harimau. Entah seperti apa konsep dan tujuannya. Yang jelas, uniklah. 

Namanya wisata pantai tentu ada air lautnya. Namun nilai plus dari wisata pantai Galesong ini adalah ada kolam renang air tawarnya. Di Makassar, inilah satu-satunya wisata pantai yang memiliki kolam renang. Di pinggir kolam renang ada gazebo untuk bersantai, gratis bagi pengunjung. Tapi tentunya berlaku hukum ”siapa cepat dia dapat”. 

Selain itu, patung perempuan memeluk harpa (foto paling atas) paling menarik perhatian. Walaupun hanya patung, bentuk tubuhnya yang proporsional ditambah detail paha mulus dalam kain yang tersingkap berhasil membuat saya berfantasi. Berfantasi membayangkan body istri sendiri. Hehehehe... 

 
Pantainya berpasir hitam, bukan putih. Namun tak mengapalah asal bersih. Konon di sore hari banyak pengunjung lebih memilih mandi-mandi di laut daripada di kolam renang, entahlah. 

Wahana bermain berupa perahu-perahuan ini tak sempat saya naiki. Tak ada pula pengunjung yang memainkannya. Saya khawatir ini hanya hiasan saja. Sepertinya menyeramkan dan memacu adrenalin jika menaikinya. 

 
Arena bermain anak dengan banyak permainan tentunya sangat disenangi anak-anak.Sepertinya gratis, tak dibayar lagi kalau mau digunakan.

Saat itu masih pagi, sekitar jam delapan. Jadi masih sepi, belum banyak pengunjung yang datang. Selain itu, konon para pengunjung memilih datang sore hari dibanding pagi hari. Pagi sampai siang lumayan panas dibanding siang sampai sore hari. Jadi, lebih ramai sore daripada pagi. Saya pulang sendiri setelah foto-foto, meninggalkan istri yang berRAKERria bersama teman kantornya. Pastinya, resort Pantai Galesong adalah salah satu tujuan wisata keluarga recomended di sekitar kota Makassar. Ramah bagi kantong, anak-anak, dan jombloers. 

Thursday, September 10, 2015

Prosesi Yudisium dan Wisuda, Demi Ijazah



Kejarlah ilmu ijazah hingga negeri Cina


Ijazah adalah Surat Tanda Tamat Belajar (KBBI online). Belum ada catatan resmi yang saya temukan tentang sejarah penerbitan ijazah, berawal dari mana, ataupun siapa yang paling pertama memperolehnya dimana. Yang pasti orang tergila-gila dengan ijazah, dengan cara apapun berusaha diperolehnya. Proses pencarian kerja saat ini masih mementingkan ijazah, beberapa jenis pekerjaan mensyaratkan ijazah tertentu terutama S-1 bagi para pelamar. Begitu pula kenaikan pangkat, khususnya di lingkungan birokrasi pemerintah atau akademik di sekolah dan perguruan tinggi, masih disandarkan pada formalitas gelar pada ijazah.




Untuk memperoleh ijazah, tentu saja seseorang harus menempuh pendidikan. Prosesnya adalah kuliah di kampus atau belajar di sekolah. Tanpa proses pendidikan ini, secara logika seseorang tidak berhak memperoleh ijazah. Namun faktanya, seseorang tanpa melalui proses pendidikan pun bisa memperoleh ijazah, entahlah itu ijazah palsu dengan membelinya pada oknum yang bisa membuatkan ijazah tanpa sekolah atau asli tapi diperoleh secara ilegal. Ada perbedaan ijazah ilegal atau ijazah palsu. Ijazah ilegal mengacu pada sertifikat tanda kelulusan yang diterbitkan sekolah atau perguruan tinggi dalam semua jenjang, tetapi sebenarnya belum memenuhi persyaratan akademik. Adapun ijazah palsu adalah ijazah dari sebuah lembaga pendidikan resmi, tetapi data dipalsukan, seperti mengganti nama atau gelar yang tak sesuai dengan aslinya. Ijazah ini sebenarnya merupakan surat pertanggungjawaban seseorang yang mempunyai ilmu dari proses pembelajaran. Kalau seseorang memegang ijazah namun tidak dapat mempertanggungjawabkan ilmunya, patut dipertanyakan keaslian atau keabsahan ijazahnya.

Untuk memperoleh ijazah (yang asli) tidak gampang. Banyak proses yang harus dilalui selain pendidikan dan pembelajaran di bangku sekolah atau kuliah. Khusus untuk pendidikan tinggi, selain proses kuliah, ujian, dan skripsi/ tesis/ disertasi, ada proses(i) yang harus dilalui. Prosesi (wajib) tersebut adalah Yudisium dan Wisuda, sedangkan prosesi lain (sunnah) adalah ramah tamah dan foto-foto.

Yudisium adalah proses akademik yang menyangkut penerapan nilai dan kelulusan mahasiswa dari seluruh proses akademik. Yudisium juga berarti pengumuman nilai kepada mahasiswa sebagai proses penilaian akhir dari seluruh mata kuliah yang telah diambil mahasiswa  dan penetapan nilai dalam transkrip akademik, serta memutuskan lulus atau tidaknya mahasiswa dalam menempuh studi selama jangka waktu tertentu, yang ditetapkan oleh pejabat berwenang yang dihasilkan dari keputusan rapat yudisium. Rapat yudisium diselenggarakan oleh Senat Fakultas atau Program Pascasarjana. Keputusan Yudisium dinyatakan dengan keputusan Dekan atau Direktur Program Pascasarjana.

Wisuda adalah proses akhir dalam rangkaian kegiatan akademik pada perguruan tinggi. Sebagai tanda pengukuhan atas selesainya studi, diadakan prosesi pelantikan melalui rapat senat terbuka universitas. Upacara wisuda ini diadakan untuk semua lulusan program studi di universitas.


Tidak sah rasanya memegang ijazah tanpa melalui prosesi "wajib" ini. Seorang mahasiswa akan melakukan apapun demi mengikuti prosesi ini. Sungguh sial rasanya kuliah susah-susah dan lama-lama, mengorbankan banyak biaya, waktu, dan tenaga namun tidak diyudisium dan atau diwisuda. Bagaimana pun beratnya persyaratan yudisium dan wisuda, akan dengan sekuat tenaga dipenuhi oleh mahasiswa. Disinilah kadang "oknum" tertentu "bermain", meminta bayaran ini-itu dengan alasan "untuk yudisium dan wisuda". Kalau tidak bayar "anu", tidak akan diyudisium dan diwisuda. Mahasiswa mana yang tidak galau kalau dihadapkan situasi ini. Berapapun akan mahasiswa "bayar". Slogannya adalah "Masak tidak ikut yudisium dan wisuda gara-gara tidak bayar uang anu". Maka jangan heran biaya yudisium dan wisuda dibebankan pada mahasiswa, kadang besarannya tidak masuk akal. Tapi tak mengapalah, JANGAN KAYAK ORANG SUSAH, BIAR TUHAN YANG MEMBALASNYA!!!



Selamat menggapai gelar baru bagi yang memperoleh ijazah, selamat beryudisium dan berwisuda. Semoga ILMU AMAL PADU MENGABDI.

Monday, September 7, 2015

AMF 2015, Selamat Datang di Kota Makassar




Selamat Datang di Kota Makassar, kota yang banyak bersolek namun sedikit menor, Tuan.

Makassar menjadi tuan rumah pelaksanaan The Second ASEAN Mayors Forum (AMF) yang diagendakan berlangsung pada 7-9 September 2015 hari ini. Wapres JK dijadwalkan membuka AMF yang akan menghadirkan 500 peserta, 150 diantaranya adalah walikota yang berasal dari negara-negara ASEAN.



AMF pertama diselenggarakan pada tahun 2011 di Surabaya yang menghasilkan komitmen pemerintah lokal ASEAN untuk bekerja sama pada empat bidang yaitu pemerintahan dan administrasi publik, lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, pelayanan publik dan jaringan regional. Sebagai tindak lanjut dari pertemuan Walikota ini, AMF kedua akan diselenggarakan di Makassar, dengan usulan tema "Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas". AMF Makassar diharapkan dapat mengumpulkan semua pemimpin lokal di ASEAN untuk memperkuat kerjasama lokal dan mendukung pengembangan lembaga masyarakat yang lebih kuat, infrastruktur dan kehidupan sosial dan ekonomi kota melalui manajemen perkotaan dan tata pemerintahan yang partisipatif.

Selain mengikuti AMF, 500 peserta juga dapat menikmati city tour yang disiapkan panitia. City tour ini akan mengunjungi tempat-tempat wisata baik wisata sejarah, kuliner, maupun wisata belanja, juga akan mengunjungi beberapa titik yang telah sukses menjalankan program pemkot khususnya longgar (lorong garden, taman lorong).

Ada tiga acara pendukung dalam ASEAN Mayors Forum 2015 ini yaitu Makassar Investment Forum, Makassar Global Expo dan ASEAN Community Week. Secara umum, pertemuan ini akan membahas kesiapan kota menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan perdagangan bebas di tengah bencana di berbagai negara. Setiap wali kota dan gubernur akan mengemukakan pandangannya terkait perdagangan bebas. Wali kota se ASEAN juga akan akan membahas kesiapan kota-kota terhadap kenaikan air laut, kehidupan masyarakat lorong, dan smart city. Selanjutnya akan ditandatangani prasasti Deklarasi Makassar yang akan ditandatangani 150 wali kota se ASEAN.


Pertemuan Walikota se-ASEAN tahun ini merupakan pertemuan kedua setelah Surabaya yang menjadi tuan rumah pada tahun 2011 lalu. Forum  walikota se ASEAN terbentuk  atas  komitmen  anggota  ASEAN  yang  ingin  mewujudkan  solidaritas  masyarakat  Asia  Tenggara  (ASEAN  Community). Sejarah terbentuknya forum ini antara  lain  ditandai  dengan  ASEAN  Concord  II  di  Bali  pada  Oktober  2003 yang  lalu.  Untuk kemudian semakin diperkuat melalui  Pertemuan  ASEAN  ke-12  di  Cebu,  Filipina  pada  12  Januari  2007 silam.  Dalam  pertemuan  tersebut,  para  pemimpin  ASEAN  menandatangani  Deklarasi  Cebu  sebagai  tonggak  percepatan  pembentukan  ASEAN  Community  yang  ditargetkan  akan  tuntas  di  tahun  2015 ini.




Menyambut event besar ini, Makassar berbenah. Jalan-jalan ditambal sulam, saluran air diperbaiki, taman kota dipercantik, dalam sekejap. Belum lagi bendera negara ASEAN, umbul-umbul dan baliho menambah semarak kota namun menjurus norak. Entah berapa dana yang keluar untuk sedikit mempercantik kota ini. Pembenahan ini lumayan menimbulkan kemacetan dan polusi debu beberapa hari terakhir. Memang, tamu adalah raja. Setiap tamu dan pembesar yang datang ke kota ini diusahakan memperoleh kenyamanan ekstra. Diharapkan mereka akan menceritakan kepada rakyatnya kalau Makassar adalah kota yang keren dan layak dikunjungi. Walaupun mungkin sang tamu tak tahu kalau banyak yang warga lokal korbankan demi kebahagiaan mereka. Mungkin kenyamanan warga lokal akan terusik tiga hari ini dengan macet di seluruh jalan protokol. Saya mahfum, menyambut banyak tamu pasti bikin macet, terutama di sekitar tempat mereka menginap dan mengadakan pertemuan. Tidak ada tamu saja macetnya luar biasa, apalah lagi kalau ada tamu. Mungkin sirene mobil pengawal tak hentinya berbunyi di tengah jalan demi kelancaran jalan para tetamu. Tak dapat saya bayangkan bagaimana macetnya. Akhh, semoga saja tidak.




Selamat datang di Kota Makassar, tuan-tuan dan puan-puan. Walaupun semrawut, acak-acakan dan sedikit menor, kota ini begitu kami cintai, mungkin juga kelak akan anda sayangi. Kalau pulang nanti ceritakanlah pada saudara-saudara kami nun jauh disana, kalau kota ini begitu indah, menggeliat dengan penuh gelora. Ceritakan yang baik-baik saja yah... Hehehe...


Tuesday, September 1, 2015

Bagai Menjilat Anu Sendiri



Karena menjilat ludah sendiri sudah terlalu mainstream

Saya kembali berniat aktif di blog ini, menulis beberapa curhatan tak jelas tiap bulan. "Kembali berniat" berarti ada niatan lama yang tertunda kemudian berusaha kembali diejawantahkan (saya kurang tahu bahasa yang tepat) dalam niatan baru untuk kemudian direalisasikan. Saat blog ini lahir beberapa tahun yang lalu, isinya berisi curhatan tak jelas dan buah pikiran abal-abal tentang apa saja. Namun karena "tak jelas juntrungannya", saya berusaha memperbaharui isi blog dengan tema yang lebih spesifik dan lebih serius (serius menceritakan curhatan.. Hahaha.. Sama saja) seperti opini-opini keren di koran disertai foto ciamik dari kamera DSLR. Postingan lama sekira 50 postingan tak jelas pun saya ekspor ke blog terminal di 290882.blogspot.com, sayang kalau  dihapus. Setengah hidup ditulis kemudian dibunuh? Tidak! Mending saya "istirahatkan di tempat yang agak tenang". Beberapa tulisan kemudian hadir dalam beberapa bulan. Hasilnya adalah blog ini tak berkembang, ternyata saya tidak bisa menulis dengan baik dan benar. Hanya ada sekitar lima postingan abal-abal, berusaha menulis yang serius-serius ternyata menyakitkan.



Pada momentum 33 tahun, saya putuskan kembali aktif menulis disini dengan gaya apa adanya dan tidak dipaksakan. Semacam mantan pacar yang mau balikan tanpa syarat yang berat dan membebani. Karena blog itu benda mati, kami jadian kembali tanpa halangan berarti. Postingan lama saya impor kembali. Niatannya, tiap tulisan di blog ini kedepannya berjumlah minimal 505 kata dengan sebuah foto bentuk kotak yang saya comot dari akun Instagram. Banyak efek samping dari balikannya kami seperti bingungnya Om Google mengindeks postingan sampai tuntutan perasaan untuk menulis rutin disini. Tapi tak mengapa, tokh saya ngeblog bukan untuk Google, tapi menjaga kewarasan saya. Pembaca boleh jijik melihat hubungan saya dan blog ini, tapi tak mengapa selama saya suka. Blog ini blog saya, yah semau saya.

Putus nyambung sama pacar itu biasa, namun putus nyambung dengan blog itu luar biasa. Putus sekali kemudian nyambung lagi seperti menjilat ludah sendiri. Mungkin kalau putus nyambung itu seperti menjilat "anu" sendiri. Orang lain boleh jijik melihatnya, namun si pelaku asyik-asyik saja alih-alih menikmati.

Saya bayangkan kalau manusia bisa menjilat anu sendiri, mungkin ada yang mau menjilat anunya tiap hari, enak mungkin. Salah satu hewan yang bisa menjilat anunya sendiri adalah kucing. Entah apa motivasi si kucing menjilat anunya, mungkin niatan awalnya hanya untuk membersihkan anunya, namun keenakan dan keterusan. Soalnya kalau anu dibersihkan pakai tangan atau kakinya takutnya kecakar. Mungkin nenek moyang si kucing pernah mencoba membersihkan anunya pakai kaki, tapi akhirnya kena cakar dan sakit. Dia kemudian belajar membersihkan anunya dengan mulut dan lidah sendiri, kemudian mengajari anak cucunya secara turun temurun. Kalau ada manusia menjilat anunya sendiri, mungkin dia siluman kucing.

Menjilat anu sendiri jauh lebih jorok daripada menjilat ludah sendiri. Tapi sepertinya lebih enak bagi yang menikmati. "Kamu boleh jijik melihatku berlaku demikian, tapi aku suka, untung di aku muntah di kamu, mau-mauku toh...", kata si pelaku. Mari bayangkan yang berbicara demikian adalah pemerintah kita. Mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tampaknya tidak benar, tidak pro rakyat. Contohnya menaikkan harga BBM dengan alasan ini itu. Mungkin kita sebagai masyarakat "awam" melihat jijik upaya pemerintah ini. Namun bagi pemerintah, inilah jalan terbaik, minimal pemerintah yang merasakan keuntungannya. Mungkin pemerintah kita sedang menikmati menjilat "anu" sendiri. Selamat menikmati.


Wednesday, August 5, 2015

Tabu Buta Batu




Boleh suka batu, asal bukan kepala batu.


Koleksi batu akik atau permata yang saya punya masih sedikit, tak seperti punya beberapa orang teman yang bahkan sudah menjualnya. Dalam kantong plastik ada sekitar 7 jenis batu yang masih berbentuk bongkahan (rough), dalam plastik kecil ada 4 batu sudah dipoles tapi belum punya cincin pengikat, dan dalam dompet bekas tempat emas ada 7 cincin batu, selain sebuah cincin yang saya pakai sendiri di jari manis tangan kiri. Hampir semua koleksi tersebut awalnya tak saya ketahui namanya, namun berkat tanya-tanya pada google dan ahli abal-abal akhirnya saya tahu nama dan jenisnya.
Sedikit dari koleksi batu saya tersebut antara lain Black American Star 4, Giok Hijau Ternate, Badar Lumut, Giok Kuning Manakarra, Hajar Jahanam Ternate, Black Cat Eye, Natural Obsidian, Lavender, Badar Pasir, dan Fosil Kelor. Nama-nama batu ini adalah nama campuran dari saya sendiri berdasarkan hasil gogling, pemberitahuan si pemberi batu, dan informasi sesat dari si pemoles batu.



Tak pernah terbayangkan sebelumnya kalau saya akan memiliki koleksi batu, tidak banyak tapi ada. Waktu masih muda dulu, yang memakai cincin batu yang rata-rata berukuran besar itu adalah orang tua sepuh yang selalu memakai peci dan siap-sedia kapan pun ke Masjid ketika adzan berkumandang, kebanyakan mereka memakai tongkat sebagai penopang berjalan. Namun sekarang, trend batu membuat saya ikut-ikutan membatu. Saya tak mau ketinggalan trend, minimal tahu nama beberapa jenis batu, gaul ceritanya.

Memang tidak semua orang suka dan memakai cincin batu. Tapi saking massifnya pedagang batu maupun cincin pengikat batu di pinggir jalan mau tak mau membuat saya katakan kalau sekarang adalah zaman batu, bukan lagi musim batu. Kalau musim, suatu saat akan hilang dan bukan tak mungkin akan muncul lagi kemudian. Tapi kalau zaman akan bertahan lama, minimal satu abad. Bayangkan saja koleksi batu yang saya miliki suatu saat saya bosan, tidak mungkin batu-batu tersebut saya buang. Paling tidak saya simpan atau diberikan pada orang lain yang kebetulan berjodoh dengan batu saya. Buktinya, sejak dulu pedagang batu akik sudah ada. Ada yang bergerilya ke kantor-kantor menawarkan batu jualannya kepada pegawai kantor, ada yang menjajakan batunya di tepi jalan atau trotoar Masjid. Kadang saya berpikir, adakah yang mau membeli cincin batu sekolot ini? Tapi ternyata ada, buktinya mereka (penjual batu) ini tetap ada hingga sekarang, bisa makan untuk hidup dari hasil menjual batu.

Saya mbatin, kira-kira batu apa yang paling berharga dan yang paling tidak berharga? Bukan batu Intan atau batu Safir yang paling berharga, tapi batulase (tanya orang Bugis Makassar apa itu Batulase). Bukan batu tawas yang paling tidak berharga, tapi batu ginjal (tanya dokter apa itu batu ginjal). Ini batuku, mana batumu?